Ketika
saya membuat tagname, hastag, atau tanda #SakinahCinta, banyak orang
persepsinya langsung lari ke persoalan pernikahan. Padahal seperti yang sudah sering
saya posting di dunia maya dan juga saya sampaikan di beberapa forum, bahwa
makna SakinahCinta tak secuil itu. Bagi saya, makna SakinahCinta ini cukup luas,
bahkan saya bisa menyebutnya sebagai bagian dari hidup kita.
SakinahCinta
secara gramatikal terdiri dari dua suku kata, Sakinah dan Cinta. Sakinah
berasal dari bahasa Arab yang artinya ketenangan atau ketentraman. Sedangkan
Cinta itu sendiri bisa bermakna suka, senang, sayang, dan sejenisnya. SakinahCinta
ini berbicara tentang perjalanan hidup kita-utamanya sebagai muslim-.
Semua orang pada hakikatnya ingin hidup dalam
kesakinahan (ketenangan), atau lebih simpelnya semua orang ingin kebahagiaan.
Namun, akan menjadi percuma jika kebahagiaan itu jika hanya bersifat dan
bermakna duniawi, atau hanya berhenti di dunia. Harusnya ketenangan
(kesakinahan) itu bisa tembus hingga akhirat, atau berdimensi ukhrowi juga.
Kita hidup sebagai mahluk sekaligus hamba
Allah, maka kewajiban kita adalah mengabdi (ibadah) kepada Allah. Bagaimana
mensinergikan antara kesakinahan dengan misi sebagai hamba? Ya, lakukan dengan
cinta, itulah kuncinya. Namun cinta disini bermakna luas, jangan hanya
disempitkan sebagai cinta lawan jenis, cinta muda-mudi. Tapi cinta yang
dimaksud disini bermakna prioritas cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Dengan
menempatkan Allah dan Rasul-Nya di posisi pertama dan utama yang dicintai, maka
cinta yang lain akan mengikuti. Jika semua amal dilakukan lil’llahi ta’ala,
maka itulah tanda cinta kepada Allah dan Rasul-Nya.
Bagaimana secara riil SakinahCinta itu
diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari? Kuncinya ada 2, yakni tunjukkan
prestasi terbaik kita untuk orang yang ada di sekitar kita, dan kontribusi apa
yang akan kita sumbangkan untuk orang di sekitar kita. Kedua kunci tersebut,
jika digabungkan menjadi satu, menjadi “tanda di alam semesta”. Dengan berbekal
tanda di alam semesta itulah, kita akan hidup atau mati dikenal atau dikenang
sebagai SakinahCinta.
Mari kita perhatikan bagaimana SakinahCinta itu
telah bekerja dan sebenarnya telah lama mencolek kita. Mari kita perhatikan. Jika
disebut “Sedekah”, maka nama sang pembuat tanda ust Yusuf Mansur yang keluar. Jika
disebut “Dzikir”, maka nama sang pembuat tanda ust Arifin Ilham yang keluar. Jika
disebut “Manajemen Qolbu”, maka nama sang pembuat tanda ust Aa’ Gym yang keluar.
Jika disebut “Syariah dan Khilafah”, maka nama sang pembuat tanda Hizbut Tahrir
yang keluar. Begitu seterusnya, hingga akhirnya terngiang di benak semua orang
tentang prestasi dan kontribusi mereka yang telah memberikan ketenangan, karena
telah melakukan kebaikan. Dan juga nama-nama mereka itu akan dikenang yang
selanjutnya dicintai, juga karena telah berbuat kebajikan.
Mereka yang telah menyematkan tanda di alam, akan dikenang nan dicinta. Walau jazad telah ditelan bumi, namun tanda mereka selalu di hati. Jikapun akhirnya mereka mati, maka matinya dalam kesakinahan, ketenangan karena telah meninggalkan tanda cinta di alam semesta. Lalu kapan giliran kita? [follow @LukyRouf]
salut sekali artikelnya
biografi kartini