
BACA DULU | SILA TAG | KLIK SUKA | BOLEH KOMENTARI | LALU BAGIKAN!!!
1. Upaya kita untuk tetap berada di rel sang pemenang adalah agar tetap bisa menjaga konsistensi.
2. Sementara itu saja tidak cukup, sebab kita hidup tidak sendiri, kita hidup bersama yang lain.
3. Jika tak ingin keluar rel, harus jaga keluarga, lingkungan & negeri ini agar bisa konsis sebagai pemenang.
4. Ibarat es batu, maka dia butuh temperatur (lingkungan) yang cocok, hingga jadi es batu, tetap jadi es batu, selama temperaturnya konstan.
5. Dengan kata lain, pelajari tsaqofah Islam, mendakwahkannya adalah konsekwensi yang tak boleh ditinggalkan.
6. Mencukupkan diri hanya dengan pelajari tsaqofah Islam, tanpa mendakwahkan, itu hanya berpikir nafsi-nafsi.
7. Bagaimana Islam jadi rahmat jika tidak didakwahkan dan diterapkan di masyarakat, negara bahkan seluruh alam?
8. Jika sejak lahir ditakdirkan sebagai pemenang, disempurnakan penciptaan jadi pemenang, lantas kenapa tak bertahan jadi pemenang?
9. Kita coba ambil kisah dari Thariq bin Ziyad, yang disebut juga Sang Penakluk Spanyol.
10. Thariq bin Ziyad adalah seorang putra suku Ash-Shadaf, yang merupakan penduduk asli daerah Al-Atlas, Afrika Utara.
11. Ia lahir sekitar tahun 50 Hijriah. Thariq terkenal ahli menunggang kuda, menggunakan senjata, dan ilmu bela diri.
12. Tahun 97 H atau 711 M adalah tahun bersejarah bagi Thariq bin Ziyad, sebab dia dan pasukannya berhasil taklukan Spanyol
13. Spanyol yang jaraknya 15 mil perjalanan laut dari kota asal Thariq. Bukan sebuah perjuangan yang sepele,
14. Saat itu bulan Ramadhan, tapi itu tidak membuat lemas Thariq dan 7.000 pasukannya kaum muslimin yang harus berhadapan dengan 25.000 dari pihak musuh.
15. Dari segi jumlah, tentu sebuah peperangan yang tidak seimbang. Tapi hal itu tidak membuat Thariq gentar, apalagi berpikir mundur
16. Bahkan dia perintahkan bakar semua kapal yang telah membawa mereka hingga sampai ke Eropa tersebut.
17. “Kita datang ke sini bukan untuk kembali. Kita hanya memiliki dua pilihan: menaklukkan negeri ini lalu tinggal di sini atau kita semua binasa!”.
18. Sebuah pilihan langkah yang sangat berani yang tentu saja didasari atas sebuah keyakinan akan pertolongan Allah Swt.
19. Memilih dan bertahan untuk menjadi seorang pemenang artinya adalah mendalamkan diri kita untuk sebuah tugas yang tidak kecil
20. Tugas sebagai Khalifah-Nya, serta menyebarkan (dakwah) kepada orang-orang di sekitar kita.
21. Dengan menjaga konsistensi sebagai sang pemenang itulah, maka kemenangan Islam akan bisa kita raih.
22. Tentu kemenangan besar ini tak bisa diraih dengan instan. Sebelum melangkah serius kita harus siapkan diri
23. Sebab di depan sana banyak jalan terjal, ada duri, bebatuan, lumpur, bahkan mungkin jurang.
24. Kesiapan dan kewaspadaan kita, mengantarkan bahwa jalan ke surga selalu berlawanan dengan keinginan dan penuh duri.
25. Sedang jalan ke neraka selalu ditemani kenikmatan “Neraka diselubungi oleh syahwat, dan surga oleh kesulitan2”. HR.Bukhari-Muslim
26. Oleh itu, dibutuhkan keistiqomahan yang luar biasa juga dalam meraih kemenangan besar itu.
27. Istiqomah dalam ketakwaan, dengan bersabar dalam mengerjakan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.
28. Upaya penyiapan diri itu harus simultan, berjalan beriringan. Tidak menunggu full tsaqofah, baru berdakwah.
29. Sampaikanlah walaupun satu ayat, dengan tetap tidak meninggalkan untuk tafaquh fiddin (faqih dalam urusan agama).
Ingin ngobrol/diskusi bareng saya?
Twitter : @LukyRouf, atau follow: @DakwahRemaja
YM : lukyrouf
Email : si_emen2001atyahoo.com
Fans FB : www.facebook.com/LukyBRouf
Pin BB : 2A292B89
Blog : http://
|The MotiNaftor | Inspirator #SakinahCinta | Book Writer || membangun peradaban syariah |
Bogor, Indonesia •
Sahabat, ibarat dalam perlombaan lari, kita bukan termasuk yang terdepan, bahkan kita jauh tertinggal, mungkin juga mustahil menyusul. Pada saat seperti itu, apa yang sebaiknya kita bisikkan pada hati kita? Apa yang hendak kita lakukan?
Just share:
1. Teruslah berlari jangan berhenti, capailah finish. Kita akan tahu seberapa besar kemampuan kita dengan terus berlari hingga finish. #SaatKitaAkanKalah
2. Yang terdepan belum tentu juaranya, kita mungkin masih punya sepersekian detik untuk mengejarnya. #SaatKitaAkanKalah
3. Terus memotivasi diri bahwa kita juga memiliki kemampuan, bisa jadi kemampuan yang kita miliki tidak dimiliki oleh orang di depan kita, sehingga kita pun akhirnya bisa menyusul di depan. #SaatKitaAkanKalah
4. Jangan pernah takut akan bayangan masa depan yang buruk. Ketakutan kita akan kekalahan kita adalah penghambat kita menuju finish. #SaatKitaAkanKalah
5. Jikalau kita memang kalah dalam perlombaan itu, ingatlah selalu ada buah manis yang bernama pengalaman, yang akan menjadi guru di perlombaan berikutnya. #SaatKitaAkanKalah
6. Menang atau kalah kita dalam perlombaan itu, Allah yang Maha Pemurah selalu menyediakan hadiah terindah, asal kita sungguh-sungguh mencapai finish. #SaatKitaAkanKalah
Sahabat, atas sebuah berita yang sampai kepadaku, kudengar kau goyah. Kau goyah atas pilihan yang sebelumnya telah mantap kau pilih. Aku sadar, kau bukan karang, tapi tidak berlebihan jikalau kau tetap tegar berdiri disana, diatas pilihan yang telah kau pilih.
Sahabat, atas pilihan yang telah kita pilih mengandung dua konsekuensi, yakni resiko dan pertanggung jawaban. Dimanapun kita berada harus siap berhadap-hadapan dengan resiko. Hidup ini ibarat berjalan di jalan raya. Jika kita memilih jalan kaki di sisi trotoar, berharap aman dari celaka, tapi nyatanya kita bisa tersandung, terantuk. Jika kita memilih jalan dengan berkendara di jalan yang sepi, tapi nyatanya kita masih saja bertemu aral, rintang. Itulah hidup sahabat, sekalipun kita memilih ‘comfort zone’, akan ada saja resiko yang harus kita hadapi.
Sahabat, selain resiko kita juga akan berhadapan dengan pertanggungjawaban atas pilihan kita. Pertanggungjawaban kita itu meminta kita seperti seorang kstaria. Karena kita telah memilih maka kita harus konsekwensi terhadap pilihan kita dengan tidak berlari dari laga, dengan kata lain, kita tidak boleh menyerah sebelum bertanding. Ketika kalah dalam berlaga pun kita akan bersikap kstaria, tidak mendendam, melainkan menuai hikmah dibalik kegagalan di laga.
Sahabat, kita bukan lagi kanak-kanak, yang merengek, meminta untuk dilindungi dan diselesaikan masalahnya. Sebagai bentuk kedewasaan kita, beranilah menghadapi resiko dan berani bertanggung jawab terhadap pilihan kita. Keberanian kita itulah bentuk kesungguhan kita terhadap pilihan yang telah kita pilih. Kita tidak sedang bermain, tapi kita sedang menghadapi hidup yang selalu membawa serta resiko.
Sahabat, berhentilah mengeluh dan menangis atas sebuah ujian yang menimpa. Kita memang tak setegar mentari, kita memang tak sewangi melati, tapi kita tetap harus tegar dan mewangi menghadapi hidup yang telah kita pilih ini. Bukankah untuk menaiki tangga yang lebih tinggi, kita butuh tenaga? Bukankah untuk naik level yang lebih tinggi, kita akan diuji?
Para pakar kejiwaan memandang pikiran sebagai faktor terpenting bagi kehidupan manusia. Hampir semua sistem kehidupan kita, gerak tubuh, suasana hati, bahkan hidup kita, dikontrol oleh pikiran. Ketika kita melihat pacar atau pasangan kita berjalan di depan kita, pikiran kita mungkin akan memerintahkan mulut kita untuk menegurnya, menyuruh kaki kita mempercepat langkah, atau meminta kita untuk tidak melakukan apa-apa.
Demikian pula halnya dengan perasaan kita, dengan informasi yang terkumpul di otak, pikiran memberikan perintah-perintah khusus kepada "hati" untuk menentukan suasana yang diinginkan. Umpamanya, suatu hari kita ditinggal kekasih, pikiran kita akan memilih informasi-informasi yang berhubungan dengan kehidupan cinta kita dengannya, yang terekam oleh otak. Katakanlah pikiran kita memilih informasi yang berhubungan dengan hal-hal indah, yang pernah kita alami bersamanya. Pikiran kita akan mengolahnya dan menghasilkan instruksi, umpamanya, kita menyesal dan sedih karena semua keindahan itu harus berakhir.
Instruksi akan diteruskan ke "hati" melalui perangkat psikologis kita, dan perasaan kita pun menjadi sedih. Sebaliknya, apabila pikiran kita memilih informasi-informasi yang berhubungan dengan hal-hal menyebalkan dari si dia, umpamanya hidung peseknya, kebiasaan buruknya, atau kesukaannya berutang, pikiran kita akan mengolahnya menjadi instruksi bahwa kita senang dan bahagia karena mimpi buruk itu telah berakhir. Hati kita pun senang karenanya.
Faktual dan sensitif
Bila pengaruh pikiran sangat kuat terhadap perasaan kita, berarti kita orang faktual, orang yang selalu bertindak atau bersikap berdasarkan fakta. Tetapi bila pengaruh pikiran sangat lemah terhadap perasaan kita, maka kita termasuk orang sensitif.
Orang faktual biasanya lebih mampu mengendalikan perasaan. Soalnya, pikirannya mampu mengolah fakta-fakta yang terekam di otak secara lebih mendetil sebelum dimasukkan ke "hati". Sebaliknya, orang sensitif akan cenderung emosional, karena biasanya pada saat merespons realitas yang tengah dihadapi, pikirannya tidak mengolah kembali fakta-fakta yang terekam di otak, akan tetapi langsung memasukkannya ke dalam "hati" apa adanya. Ia mengolah informasi dengan perasaannya.
Untuk memperjelas, ambilah contoh seseorang tanpa sengaja melihat kekasihnya tengah duduk berdua dengan orang lain yang berlainan jenis kelamin dan tidak ia kenal. Bila dia orang sensitif, otaknya merekam semua kejadian yang dilihatnya. Pikirannya tidak mengolah melainkan langsung meneruskannya ke dalam "hati" untuk diolah. Karena "hati"-nya yang mengolah, ia mungkin segera mendatangi mereka dan tanpa babibu langsung melayangkan bogem mentah.
Sebaliknya, bila ia seorang faktual, kejadian-kejadian tadi direkam di otaknya, diolah terlebih dahulu oleh pikiran sebelum diteruskan ke "hati". Pikirannya akan membuat pertimbangan-pertimbangan yang diperlukan. Bila kekurangan data, maka ia akan menghasilkan kemungkinan-kemungkinan lain. Misalnya, kemungkinan orang lain itu adalah saudara atau sahabat kekasihnya. Atau mungkin pula teman selingkuh kekasihnya. Kemungkinan-kemungkinan itu kemudian diteruskan ke "hati" sebagai perasaan ingin tahu. Karena pertimbangan pikiran inilah ia mungkin akan mendekatinya untuk mencari tahu hal sebenarnya, ketimbang langsung menghakimi.
Proses itulah yang menyebabkan orang faktual cenderung tenang, penuh perhitungan, dan mampu mengendalikan diri. Sebaliknya, orang sensitif cenderung cepat gelisah, tergesa-gesa dalam mengambil kesimpulan, tidak sabar, dan sukar mengendalikan diri.
Persepsikan kenyataan secara positif
Dengan pengoptimalan pikiran, kita dapat mengendalikan perasaan dan juga kehidupan ke arah yang kita inginkan. Dengan pikiran kita dapat mengubah perasaan sedih menjadi perasaan senang, takut menjadi berani, minder menjadi percaya diri, pesimis menjadi optimis, atau bosan menjadi penuh gairah. Maka tidak salah bila seorang filsuf, Marcus Aurelius, memiliki pandangan bahwa "Hidup kita ditentukan oleh pikiran".
Kalau berpikir tentang hal-hal menyenangkan, maka kita akan menjadi senang. Jika memikirkan hal-hal menyedihkan, kita akan sedih. Begitu pula bila berpikir soal hal-hal menakutkan kita akan menjadi takut.
Rasanya memang sulit dipercaya. Namun, itulah adanya. Stanley R. Welty, Presiden Wooster Brush Company, berpendapat, "Pada saat keluar rumah di pagi hari, kita sendirilah yang menentukan apakah hari itu akan jadi baik atau buruk, karena tergantung bagaimana kita menjalankan pikiran kita. Dapat tidaknya kita menikmati hari itu sangat tergantung pada cara kita berpikir."
Kalau merasa kantung kita menipis, lalu mengeluh seakan-akan kita orang paling sial, bisa jadi hari itu menjadi hari paling membosankan. Tapi bila kita bangun pagi, memandang keluar jendela dan melihat bagaimana burung-burung bersiul menyambut pagi sambil merasakan kesejukan embun, tanpa mempedulikan kantung yang semakin kempis, mungkin kita akan mendapati hari itu sebagai hari baik. Bagaimana pun cuaca hari itu, bagaimana pun beratnya masalah yang dipikul hari itu, pikiranlah yang menentukan kehidupan kita. Yang kita pikirkan ketika itu, itulah hidup kita.
Yang bisa dilakukan adalah mengendalikan pikiran. Jangan biarkan pikiran kita membuat perasaan menjadi tidak enak. Senantiasa persepsikan kenyataan secara positif.
"Bila perlu berusahalah tersenyum dalam menghadapi situasi sesulit apa pun. Ada saat-saat di mana kita harus pasrah dan tertawa. Humor dalam hidup ini sangat penting. Jangan lupa bahwa hal-hal sederhana ini dapat membantu Anda mempertahankan perspektif," kata Dale Carnegie, pendiri Dale Carnegie & Associates.
Bila dalam kesedihan kita mencoba tersenyum, sebenarnya kita tengah mencoba melepaskan diri dari perasaan sedih itu. Saat itu kita tengah menetralkan perasaan negatif di dalam diri. Hal ini sangat baik dan bisa membantu agar kita tidak terlalu larut dalam duka.
Demikian pula ketika tengah dihadapkan pada masalah-masalah berat, senyum kita sedikit banyak akan membantu melepaskan ketegangan. Selanjutnya, biarkan diri relaks, pandang kenyataan di hadapan kita secara positif, karena dengan begitu kita bisa mengambil hikmah dari apa yang tengah dihadapi. Lalu pikirkan hal-hal yang dapat mengembalikan kegembiraan kita.
"Kalau ada masalah, relakslah. Santai saja. Pikirkan saja apa yang akan Anda lakukan selanjutnya, dan apa tindakan Anda untuk itu," kata Welty.
Memang, ada banyak hal yang menyakitkan, yang membuat kita cemas atau kesal. Namun jangan larutkan diri di dalamnya. Jangan biarkan masalah apa pun membuat kita patah semangat. Berpikirlah pada hal-hal positif yang bisa dilakukan. Biarkan semua masalah berlalu tanpa meninggalkan luka fatal.
Dengan begitu kita akan menjadi orang tangguh yang tak mudah jatuh. Pikiran kita menjadi terbiasa untuk selalu positif, dan kita akan lebih mudah mencapai cita-cita. Bukan cuma itu, pikiran positif serta kepercayaan diri kita akan menarik orang lain bergabung dengan kita. Mereka tidak akan membiarkan kita berjalan sendiri menghadapi semua masalah. Malah dengan senang hati akan menemani dan membantu kita melewati semua kesulitan. Dan yang lebih penting, hidup kita akan menjadi lebih menyenangkan.
Semua orang yang berusaha meningkatkan diri dan ilmu pengetahuannya pasti tahu bahwa hidup akan lebih mudah dijalani bila kita selalu berpikir positif. Tapi, bagaimana melatih diri supaya pikiran positiflah yang 'beredar' di kepala kita, tak banyak yang tahu. Oleh karena itu, sebaiknya kita kenali saja dulu ciri-ciri orang yang berpikir positif dan mulai mencoba meniru jalan pikirannya.
1. Melihat masalah sebagai tantangan
Bandingkan dengan orang yang melihat masalah sebagai cobaan hidup yang terlalu berat dan bikin hidupnya jadi paling sengsara sedunia.
2. Menikmati hidupnya
Pemikiran positif akan membuat seseorang menerima keadaannya dengan besar hati, meski tak berarti ia tak berusaha untuk mencapai hidup yang lebih baik.
3. Pikiran terbuka untuk menerima saran dan ide
Karena dengan begitu, boleh jadi ada hal-hal baru yang akan membuat segala sesuatu lebih baik.
4. Mengenyahkan pikiran negatif segera setelah pikiran itu terlintas di benak
'Memelihara' pikiran negatif lama-lama bisa diibaratkan membangunkan singa tidur. Sebetulnya tidak apa-apa, ternyata malah bisa menimbulkan masalah.
5. Mensyukuri apa yang dimilikinya
Dan bukannya berkeluh-kesah tentang apa-apa yang tidak dipunyainya
6. Tidak mendengarkan gosip yang tak menentu
Sudah pasti, gosip berkawan baik dengan pikiran negatif. Karena itu, mendengarkan omongan yang tak ada juntrungnya adalah perilaku yang dijauhi si pemikir positif.
7. Tidak bikin alasan, tapi langsung bikin tindakan
Pernah dengar pelesetan NATO (No Action, Talk Only), kan? Nah, mereka ini jelas bukan penganutnya.
8. Menggunakan bahasa positif
Maksudnya, kalimat-kalimat yang bernadakan optimisme, seperti "Masalah itu pasti akan terselesaikan," dan "Dia memang berbakat."
9. Menggunakan bahasa tubuh yang positif
Di antaranya adalah senyum, berjalan dengan langkah tegap, dan gerakan tangan yang ekspresif, atau anggukan. Mereka juga berbicara dengan intonasi yang bersahabat, antusias, dan 'hidup'.
10. Peduli pada citra diri
Itu sebabnya, mereka berusaha tampil baik. Bukan hanya di luar, tapi juga di dalam.
Suatu ketika, hiduplah sebatang pohon apel besar dan anak lelaki yang senang bermain-main di bawah pohon apel itu setiap hari. Ia senang memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya, tidur-tiduran di keteduhan rindang daun-daunnya. Anak lelaki itu sangat mencintai pohon apel itu. Demikian pula pohon apel sangat mencintai anak kecil itu.
Waktu terus berlalu. Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan tidak lagi bermain-main dengan pohon apel itu setiap harinya. Suatu hari ia mendatangi pohon apel. Wajahnya tampak sedih. "Ayo ke sini bermain-main lagi denganku," pinta pohon apel itu. "Aku bukan anak kecil yang bermain-main dengan pohon lagi," jawab anak lelaki itu. "Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku tak punya uang untuk membelinya." Pohon apel itu menyahut, "Duh, maaf aku pun tak punya uang... tetapi kau boleh mengambil semua buah apelku dan menjualnya. Kau bisa mendapatkan uang untuk membeli mainan kegemaranmu." Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu memetik semua buah apel yang ada di pohon dan pergi dengan penuh suka cita. Namun, setelah itu anak lelaki tak pernah datang lagi. Pohon apel itu kembali sedih.
Suatu hari anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel sangat senang melihatnya datang. "Ayo bermain-main denganku lagi," kata pohon apel. "Aku tak punya waktu," jawab anak lelaki itu. "Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Maukah kau menolongku?" "Duh, maaf aku pun tak memiliki rumah. Tapi kau boleh menebang semua dahan rantingku untuk membangun rumahmu," kata pohon apel. Kemudian anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon apel itu dan pergi dengan gembira. Pohon apel itu juga merasa bahagia melihat anak lelaki itu senang, tapi anak lelaki itu tak pernah kembali lagi. Pohon apel itu merasa kesepian dan sedih.
Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel merasa sangat bersuka cita menyambutnya. "Ayo bermain-main lagi deganku," kata pohon apel. "Aku sedih," kata anak lelaki itu. "Aku sudah tua dan ingin hidup tenang. Aku ingin pergi berlibur dan berlayar. Maukah kau memberi aku sebuah kapal untuk pesiar?" "Duh, maaf aku tak punya kapal, tapi kau boleh memotong batang tubuhku dan menggunakannya untuk membuat kapal yang kau mau. Pergilah berlayar dan bersenang-senanglah." Kemudian, anak lelaki itu memotong batang pohon apel itu dan membuat kapal yang diidamkannya. Ia lalu pergi berlayar dan tak pernah lagi datang menemui pohon apel itu.
Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun kemudian. "Maaf anakku," kata pohon apel itu. "Aku sudah tak memiliki buah apel lagi untukmu." "Tak apa. Aku pun sudah tak memiliki gigi untuk mengigit buah apelmu," jawab anak lelaki itu. "Aku juga tak memiliki batang dan dahan yang bisa kau panjat," kata pohon apel. "Sekarang, aku sudah terlalu tua untuk itu," jawab anak lelaki itu. "Aku benar-benar tak memiliki apa-apa lagi yang bisa aku berikan padamu. Yang tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan sekarat ini," kata pohon apel itu sambil menitikkan air mata. "Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang," kata anak lelaki. "Aku hanya membutuhkan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkanmu." "Oooh, bagus sekali. Tahukah kau, akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirahat. Mari, marilah berbaring di pelukan akar-akarku dan beristirahatlah dengan tenang." Anak lelaki itu berbaring di pelukan akar-akar pohon. Pohon apel itu sangat gembira dan tersenyum sambil meneteskan air matanya.
Ini adalah cerita tentang kita semua. Pohon apel itu adalah orang tua kita. Ketika kita muda, kita senang bermain-main dengan ayah dan ibu kita. Ketika kita tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan hanya datang ketika kita memerlukan sesuatu atau dalam kesulitan. Tak peduli apa pun, orang tua kita akan selalu ada di sana untuk memberikan apa yang bisa mereka berikan untuk membuat kita bahagia. Anda mungkin berpikir bahwa anak lelaki itu telah bertindak sangat kasar pada pohon itu, tetapi begitulah cara kita memperlakukan orang tua kita.
Sebarkan cerita ini untuk mencerahkan lebih banyak rekan. Dan, yang terpenting: cintailah orang tua kita. Sampaikan pada orang tua kita sekarang, betapa kita mencintainya; dan berterima kasih atas seluruh hidup yang telah dan akan diberikannya pada kita.
Apa yang menghalangi kita untuk meraih perubahan besar? Betul, “tidak adanya tindakan untuk berubah.” Jika Anda ingin berubah, maka Anda harus mengambil tindakan yang bisa mengubah diri Anda. Tindakan yang pertama ialah belajar. Belajar adalah satu-satunya cara untuk meningkatkan kualitas diri Anda. Belajarlah yang membuat Anda berubah, dari tidak bisa menjadi bisa ibaratnya belajar mengendarai mobil. Tindakan kedua adalah tindakan utama, yaitu tindakan untuk meraih apa yang ingin Anda lakukan atau miliki. Kini saatnya Anda mengendarai mobil menuju tujuan.
“Saya sudah tahu…. jika memang ingin berubah harus bertindak.” Lalu kenapa belum bertindak juga? Banyak hal yang membuat kita tidak mau bertindak, salah satunya ialah tidak percaya diri. Merasa diri tidak akan mampu, tidak akan bisa, tidak akan cukup baik, akan gagal, dan akan mengecewakan. Kadang muncul imajinasi akan kegagalan kita dimasa depan sehingga membuat kita tidak jadi bertindak. Akhirnya muncul berbagai pembenaran dan alasan. “Saya sudah puas dengan kondisi saat ini.” “Saya tidak mau yang muluk-muluk.” dan berbagai alasan serta pembenaran lainnya.
Jika sikap ini terus kita pelihara, kita tidak akan pernah mengalami perubahan besar dalam hidup Anda. Untuk mengalami perubahan besar Anda perlu bertindak dan hanya orang yang percaya diri yang bisa bertindak. Anda tidak bisa mengatakan bahwa Anda sudah percaya diri. Percaya diri bisa dibuktikan, dan buktinya ialah apa yang Anda capai dan miliki saat ini. Itu adalah ukuran kepercayaan diri Anda.
Jadi, jika Anda ingin menuju perubahan besar. Ingin mendapatkan lebih banyak. Ingin mencapai tujuan-tujuan besar Anda, maka tingkatkan kepercayaan diri Anda. Kepercayaan diri Anda meningkat, maka tindakan Anda akan meningkat pula dari segi kualitas dan kuantitas. Jika tindakan meningkat, maka wajarlah jika hasilnya meningkat pula. Jangan mimpi memiliki penghasilan yang meningkat tanpa meningkatkan tindakan Anda. Dan jangan mimpi akan meningkat tindakan Anda jika masih dibatasi oleh rendah diri Anda.
“Saya sudah tahu…. jika memang ingin berubah harus bertindak.” Lalu kenapa belum bertindak juga? Banyak hal yang membuat kita tidak mau bertindak, salah satunya ialah tidak percaya diri. Merasa diri tidak akan mampu, tidak akan bisa, tidak akan cukup baik, akan gagal, dan akan mengecewakan. Kadang muncul imajinasi akan kegagalan kita dimasa depan sehingga membuat kita tidak jadi bertindak. Akhirnya muncul berbagai pembenaran dan alasan. “Saya sudah puas dengan kondisi saat ini.” “Saya tidak mau yang muluk-muluk.” dan berbagai alasan serta pembenaran lainnya.
Jika sikap ini terus kita pelihara, kita tidak akan pernah mengalami perubahan besar dalam hidup Anda. Untuk mengalami perubahan besar Anda perlu bertindak dan hanya orang yang percaya diri yang bisa bertindak. Anda tidak bisa mengatakan bahwa Anda sudah percaya diri. Percaya diri bisa dibuktikan, dan buktinya ialah apa yang Anda capai dan miliki saat ini. Itu adalah ukuran kepercayaan diri Anda.
Jadi, jika Anda ingin menuju perubahan besar. Ingin mendapatkan lebih banyak. Ingin mencapai tujuan-tujuan besar Anda, maka tingkatkan kepercayaan diri Anda. Kepercayaan diri Anda meningkat, maka tindakan Anda akan meningkat pula dari segi kualitas dan kuantitas. Jika tindakan meningkat, maka wajarlah jika hasilnya meningkat pula. Jangan mimpi memiliki penghasilan yang meningkat tanpa meningkatkan tindakan Anda. Dan jangan mimpi akan meningkat tindakan Anda jika masih dibatasi oleh rendah diri Anda.
Ada seseorang yang susah bangkit dari keterpurukan setelah di PHK. Dia mau mencari kerja, umur sudah tidak muda lagi. Dia mau menjalankan bisnis, tetapi sudah berkali-kali mencoba tidak ada satu pun yang berjalan terus. Dia selalu berhenti di tengah jalan.
Apa yang menjadikan dia selalu berhenti? Sederhana, karena dia begitu akrab dengan kata susah atau sulit. Dia berkata bahwa dia sudah berusaha, tapi ternyata sulit. “Ternyata susah juga untuk membangun bisnis.” Dan berbagai komentar lainnya yang bernada sulit.
Dia meminta nasihat kepada saya. Saya berikan beberapa nasihat. Apa jawabannya? Tidak lepas dari dua kata itu:
“Susah.”
“Sulit.”
Saya mencoba untuk memberikan inspirasi yang bercerita tentang seseorang yang berhasil membangun bisnis dengan berawal 1 buah gerobak bakso menjadi ratusan gerobak bakso. Saya jelaskan kalau orang ini merangkak dari nol dan sampai akhirnya berhasil.
Apa reaksi dia? Dia berkata:
“Saya sering mendengar cerita keberhasilan. Tapi sayang tidak diceritakan susahnya membangun bisnis.”
Dia terus berkata susah, sulit, susah, sulit, tidak mudah, dan sebagainya. Banyak orang yang seperti ini!
Jika Anda termasuk orang yang seperti ini, saya mau bertanya.
“Memang susah. Memang tidak mudah. Memang sulit. Lalu?”
Sahabat, coba pikirkan. Jika bisnis itu mudah. Tentu akan banyak sekali orang yang berbisnis dan kaya raya. Pada kenyataanya memang sedikit sekali orang yang mau berbisnis dan bertahan di bisnis. Karena memang, bisnis itu susah, bisnis itu sulit, dan perlu kerja keras untuk menjalankannya. Bisnis memang hanya untuk orang yang berani, tekun, sabar, dan mau kerja keras sampai berhasil.
Sekarang, pilihan Anda. Apakah mau melewati masa susah membangun bisnis atau tidak?
Jika Anda punya kemauan, maka ambillah tindakan. Jika susah, Anda bisa belajar. Jika tidak tahu, Anda bisa mencari tahu. Jika lama, Anda bisa bersabar. Jika tidak punya modal, Anda bisa mencari modal. Jika tidak bisa mencari modal, Anda bisa belajar mencari modal. Allah sudah memberikan potensi kepada Anda. Anda punya hati, Anda punya akal, dan Anda punya energi. Gunakanlah.
Memang akan banyak menghadapi masalah. Tapi Allah sudah memberikan akal kepada kita untuk mengatasi masalah. Memang perlu kerja keras, tapi Allah sudah memberikan tangan dan kaki kepada kita untuk bekerja keras. Allah sudah memberikan sistem pencernaan yang bisa mengubah makanan menjadi energi. Apa lagi yang kurang?
Sahabat, jangan berhenti karena susah. Kita sudah diberik potensi yang dahsyat oleh Allah untuk mengatasi kesulitan yang kita hadapi. Kesulitan memang untuk kita hadapi, untuk kita lewati, sebab kemudahan akan datang setelah kesulitan.
“Kelapangan itu (datang) setelah kesempitan serta bahwa kemudahan itu (datang) setelah kesulitan.” (HR Ahmad)
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS Alam Nasyrah:5-6)
Sahabat, semua orang sukses pernah mengalami masa-masa susah. Mereka menghadapi kesulitan seperti kita. Hanya saja, mereka tidak berhenti. Oleh karena itu, kita pun sama, jangan berhenti karena susah.
Apa yang menjadikan dia selalu berhenti? Sederhana, karena dia begitu akrab dengan kata susah atau sulit. Dia berkata bahwa dia sudah berusaha, tapi ternyata sulit. “Ternyata susah juga untuk membangun bisnis.” Dan berbagai komentar lainnya yang bernada sulit.
Dia meminta nasihat kepada saya. Saya berikan beberapa nasihat. Apa jawabannya? Tidak lepas dari dua kata itu:
“Susah.”
“Sulit.”
Saya mencoba untuk memberikan inspirasi yang bercerita tentang seseorang yang berhasil membangun bisnis dengan berawal 1 buah gerobak bakso menjadi ratusan gerobak bakso. Saya jelaskan kalau orang ini merangkak dari nol dan sampai akhirnya berhasil.
Apa reaksi dia? Dia berkata:
“Saya sering mendengar cerita keberhasilan. Tapi sayang tidak diceritakan susahnya membangun bisnis.”
Dia terus berkata susah, sulit, susah, sulit, tidak mudah, dan sebagainya. Banyak orang yang seperti ini!
Jika Anda termasuk orang yang seperti ini, saya mau bertanya.
“Memang susah. Memang tidak mudah. Memang sulit. Lalu?”
Sahabat, coba pikirkan. Jika bisnis itu mudah. Tentu akan banyak sekali orang yang berbisnis dan kaya raya. Pada kenyataanya memang sedikit sekali orang yang mau berbisnis dan bertahan di bisnis. Karena memang, bisnis itu susah, bisnis itu sulit, dan perlu kerja keras untuk menjalankannya. Bisnis memang hanya untuk orang yang berani, tekun, sabar, dan mau kerja keras sampai berhasil.
Sekarang, pilihan Anda. Apakah mau melewati masa susah membangun bisnis atau tidak?
Jika Anda punya kemauan, maka ambillah tindakan. Jika susah, Anda bisa belajar. Jika tidak tahu, Anda bisa mencari tahu. Jika lama, Anda bisa bersabar. Jika tidak punya modal, Anda bisa mencari modal. Jika tidak bisa mencari modal, Anda bisa belajar mencari modal. Allah sudah memberikan potensi kepada Anda. Anda punya hati, Anda punya akal, dan Anda punya energi. Gunakanlah.
Memang akan banyak menghadapi masalah. Tapi Allah sudah memberikan akal kepada kita untuk mengatasi masalah. Memang perlu kerja keras, tapi Allah sudah memberikan tangan dan kaki kepada kita untuk bekerja keras. Allah sudah memberikan sistem pencernaan yang bisa mengubah makanan menjadi energi. Apa lagi yang kurang?
Sahabat, jangan berhenti karena susah. Kita sudah diberik potensi yang dahsyat oleh Allah untuk mengatasi kesulitan yang kita hadapi. Kesulitan memang untuk kita hadapi, untuk kita lewati, sebab kemudahan akan datang setelah kesulitan.
“Kelapangan itu (datang) setelah kesempitan serta bahwa kemudahan itu (datang) setelah kesulitan.” (HR Ahmad)
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS Alam Nasyrah:5-6)
Sahabat, semua orang sukses pernah mengalami masa-masa susah. Mereka menghadapi kesulitan seperti kita. Hanya saja, mereka tidak berhenti. Oleh karena itu, kita pun sama, jangan berhenti karena susah.
Seorang penulis buku dan trainer, Gerry Robert, menemui seorang ahli pemikiran dunia Bob Proctor. Gerry Robert meskipun seorang trainer yang sudah memiliki penghasilan besar, tetap saja mau belajar kepada orang lain. Ada dua kalimat menyakitkan yang didapat Gery saat bertemu Bob Proctor, dan 2 kalimat inilah yang mengubah hidup Gery selamanya.
Diawali dengan sebuah pertanyaan dari Bob Proctor
“Berapa penghasilan terbesar yang pernah kamu capai?”
Dengan bangganya, Gerry menyebutkan sebuah angka dimana angka tersebut termasuk besar.
“Saya memiliki penghasilan $100.000 pertahun.”
Bob Proctor mengatakan,
“Itu Sampah…”
Tentu saja Gerry kaget bukan kepalang dan mencoba membela diri. Bagaimana mungkin penghasilan sebesar itu disebut sampah? Padahal diantara teman-teman Gerry tidak ada yang memiliki penghasilan sebesar itu.
Kata Bob Proctor,
“Penghasilan itu seharusnya bisa kamu dapatkan hanya dalam 1 bulan!”
Tentu saja Gerry membela diri dengan berargumen
“Saya masih pemula pak, belum sehebat Anda. Maka penghasilan sebesar itu sudah hebat untuk saya.”
Apa kata Bob Proctor?
“Kamu brengsek!”
Bob melanjutkan,
“Siapa pun yang menolak ide tersebut memiliki masalah mental. Saya menghasilkan uang sebesar itu ($100.000/bulan) 15 tahun yang lalu. Dan kamu malah melawan saya. Orang seperti itu saya sebut brengsek.”
Gerry pun terdiam. Namun bukan berarti ngambek atau membenci Bob. Tetapi perkataan itu menyadarkannya akan potensi sebenarnya.
Hasilnya?
Gerry pun menjadi seorang milyuner. Penghasilan Gerry menjadi $1.000.000.000.
[Dikutip dan diterjemahkan bebas dari Millionaire Mindset: How Ordinary People Can Create Extraordinary Income. Karya Gerry Robert]
Diawali dengan sebuah pertanyaan dari Bob Proctor
“Berapa penghasilan terbesar yang pernah kamu capai?”
Dengan bangganya, Gerry menyebutkan sebuah angka dimana angka tersebut termasuk besar.
“Saya memiliki penghasilan $100.000 pertahun.”
Bob Proctor mengatakan,
“Itu Sampah…”
Tentu saja Gerry kaget bukan kepalang dan mencoba membela diri. Bagaimana mungkin penghasilan sebesar itu disebut sampah? Padahal diantara teman-teman Gerry tidak ada yang memiliki penghasilan sebesar itu.
Kata Bob Proctor,
“Penghasilan itu seharusnya bisa kamu dapatkan hanya dalam 1 bulan!”
Tentu saja Gerry membela diri dengan berargumen
“Saya masih pemula pak, belum sehebat Anda. Maka penghasilan sebesar itu sudah hebat untuk saya.”
Apa kata Bob Proctor?
“Kamu brengsek!”
Bob melanjutkan,
“Siapa pun yang menolak ide tersebut memiliki masalah mental. Saya menghasilkan uang sebesar itu ($100.000/bulan) 15 tahun yang lalu. Dan kamu malah melawan saya. Orang seperti itu saya sebut brengsek.”
Gerry pun terdiam. Namun bukan berarti ngambek atau membenci Bob. Tetapi perkataan itu menyadarkannya akan potensi sebenarnya.
Hasilnya?
Gerry pun menjadi seorang milyuner. Penghasilan Gerry menjadi $1.000.000.000.
[Dikutip dan diterjemahkan bebas dari Millionaire Mindset: How Ordinary People Can Create Extraordinary Income. Karya Gerry Robert]
Ada sebuah cerita, yang bisa kita petik hikmahnya berkaitan dengan cara mempertahankan motivasi. Dalam perjalanan ke luar kota, seorang ustadz meminta supirnya untuk mencuci mobil di suatu tempat peristirahatan. Dengan enteng supirnya menjawab,
“Tidak usah ustadz, nanti juga kotor lagi.”
Sang Ustadz tidak menjawab, dia hanya tersenyum menanggapi jawaban supirnya. Namun, ternyata ada sebuah rencana besar yang memberikan hikmah baik kepada si supir maupun kepada kita.
Sampai pada waktu makan, Ustadz dan rombongannya masuk ke sebuah rumah makan, tidak terkecuali supir. Ustadz ini memang tidak membeda-bedakan orang, dia selalu memperlakukan supirnya dengan baik, dengan cara makan dan tidur di tempat yang sama atau setara dengannya.
Saat si supir akan mengambil nasi, piringnya di ambil oleh ustadz. Supir pun kaget.
“Mengapa ustadz? Saya tidak boleh makan?” tanya supir keheranan.
“Betul, kamu tidak usah makan.” kata ustadz dengan tenangnya.
“Mengapa ustadz? Saya kan lapar juga.” katanya bertanya-tanya.
“Tidak usah makan, nanti juga lapar lagi!” kata ustadz.
Si supir tertegun. Kemudian dia sadar. Sambil tertawa dia berkata,
“OK dech, setelah makan nanti saya cuci mobilnya.”
Ini adalah cerita nyata yang disampaikan ustadz itu sendiri belasan tahun yang lalu. Sebuah cerita yang penuh hikmah. Semoga cerita ini memberikan jawaban kepada orang yang mengeluh karena setelah mengikuti pelatihan motivasi, motivasinya turun lagi. Katanya, buat apa ikut pelatihan motivasi karena tidak bertahan lama.
Cara Mempertahankan Motivasi
Setelah kita menge-charge handphone kita, nanti banterenya akan habis lagi. Apakah menjadi alasan kita tidak menge-charge HP kita? Setelah tidur kita ngantuk lagi, apakah kita tidak perlu tidur? Setelah mandi kita akan kotor lagi, apakah kita tidak perlu mandi? Bahkan dalam masalah keimanan ada istilah futur, apakah kita tidak usah mempertebal iman kita?
Begitu juga, apakah kita tidak perlu mencari nafkah karena uang kita akan habis lagi? Sahabat, habis dan berkurang adalah suatu realita, justru itulah kita perlu mengisi dan mengisi lagi. Kotor adalah suat realita, oleh karena itu kita perlu membersihkannya secara terus menerus. Begitu juga motivasi itu akan turun atau berkurang, oleh karena itu kita perlu menyegarkan motivasi kita lagi. Inilah cara mempertahankan motivasi.
Cara-cara yang bisa Anda lakukan untuk mempertahankan motivasi adalah:
- Ikuti pelatihan atau seminar motivasi setidaknya 2 kali dalam setahun.
- Bacalah buku atau ebook motivasi setidaknya 1 buku/ebook per bulan.
- Kemudian Anda bisa bisa melakukan aktivitas harian yaitu mensyukuri nikmat, merenungkan hikmah, membaca artikel, dan berkumpul dengan orang-orang positif.
Semua cara ini bisa efektif jika kita sudah membuka belenggu yang ada di dalam pikiran kita. Menghilangkan luka emosi dan menerapkan sistem manajemen diri. Semuanya sudah dijelaskan dengan lengkap pada ebook motivasi Diri: Melaju Kencang Menuju Impian (Bonus Paket Beautiful Mind Power) atau jika ingin instan, Anda juga bisa menggunakan teknik-teknik cepat yang saya jelaskan di Instant Motivation Weapon.
Jadi cara mempertahankan motivasi ialah selalu me-recharge motivasi Anda.
“Janganlah membuatmu putus asa dalam mengulang doa-doa, ketika Allah menunda ijabah doa itu“
Ibnu Athaillah as-Sakandari mengingatkan kepada kita semua agar kita tidak berputus asa dalam berdoa.Mengapa demikian? Karena nafsu manusia seringkali muncul ketika Allah menunda ijabah atau pengabulan doa-doa kita. Dalam kondisi demikian manusia seringkali berputus asa, dan merasa bahwa doanya tidak dikabulkan. Sikap putus asa itu disebabkan karena manusia merasa bahwa apa yang dijalankan melalui doanya itu, akan benar-benar memunculkan pengabulan dan Allah.Tanpa disadari bahwa ijabah itu adalah Hak Allah bukan hak hamba. Dalam situasi keputusasaan itulah hamba Allah cenderung mengabaikan munajatnya sehingga ia kehilangan hudlur (hadir) bersama Allah.
Dalam ulasannya terhadap wacana di atas, Syekh Zaruq menegaskan, bahwa tipikal manusia dalam konteks berdoa ini ada tiga hal:
Pertama, seseorang menuju kepada Tuhannya dengan kepasrahan total, sehingga ia meraih ridha-Nya. Hamba ini senantiasa bergantung dengan-Nya, baik doa itu dikabulkan seketika maupun ditunda. la tidak peduli apakah doa itu akan dikabulkan dalam waktu yang panjang atau lainnya.
Kedua, seseorang tegak di depan pintu-Nya dengan harapan penuh pada janji-Nya dan memandang aturan-Nya. Hamba ini masih kembali pada dirinya sendiri dengan pandangan yang teledor dan syarat-syarat yang tidak terpenuhi, sehingga mengarah pada keputusasaan dalam satu waktu, namun kadang-kadang penuh harapan optimis. Walaupun hasratnya sangat ringan, toh syariatnya menjadi besar dalam hatinya.
Ketiga, seseorang yang berdiri tegak di pintu Allah namun disertai dengan sejumlah cacat jiwa dan kealpaan, dengan hanya menginginkan keinginannya belaka tanpa mengikuti aturan dan hikmah. Orang ini sangat dekat dengan keputusasaan, kadang-kadang terjebak dalam keragu-raguan, kadang-kadang terlempar dijurang kebimbangan. Semoga Allah mengampuninya.
Syekh Abu Muhammad Abdul Aziz al-Mahdawi mengatakan, “Siapa pun yang tidak menyerahkan pilihannya dengan suka rela kepada Allah Ta'ala, maka orang tersebut terkena istidraj (sanjungan yang terhinakan). Orang tersebut termasuk golongan mereka yang disebut oleh Allah: “Penuhilah kebutuhannya, karena Aku benci mendengarkan keluhannya.” Tetapijika seseorang memasrahkan pada pilihan Allah, bukan pilihan dirinya, maka otomatis doanya telah terkabul, walaupun beium terwujud bentuknya. Sebab amal itu sangat tergantung pada saat akhirnya. “
Wacana di atas dilanjutkan:
“Allahlah yang menjamin ijabah doa itu menurut pilihan-Nya padamu, bukan menurut pilihan seleramu, kelak pada waktu yang dikehendaki-Nya, bukan menurut waktu yang engkau kehen-daki.”
Seluruh doa hamba pasti dijamin pengabulannya. Sebagaimana dalam firman Allah :
“Berdoalah kepada-Ku, niscaya Aku akan mengabulkan bagimu. “
Allah menjamin pengabulan itu melalui janji-Nya. Janji itu jelas bersifat mutlak. Hanya saja dalam ayat tersebut Allah tidak menfirmankan dengan kata-kata, “menurut tuntutanmu, atau menurut waktu yang engkau kehendaki, atau menurut kehendakmu itu sendiri.”
Dalam hadits Rasutullah SAW bersabda: “Tak seorang pun pendoa, melainkan ia berada di antara salah satu dari tiga kelompok ini: Kadang ia dipercepat sesuai dengan permintaannya, atau ditunda (pengka-bulannya) demi pahalanya, atau ia dihindarkan dari keburukan yang menimpanya.” (HR. Imam Ahmad dan AI-Hakim).
Dalam hadits lain disebutkan, “Doa di antara kalian bakal di ijabahi, sepanjang kalian tidak tergesa-gesa, (sampai akhirnya) seseorang mengatakan, “Aku telah berdoa, tapi tidak diijabahi untukku. “ (HR. Bukhari-Muslim)
Dalam menafsiri suatu ayat “Telah benar-benar doa kalan berdua di ijabahi” maksudnva baru 40 tahun diijabahi doanya. Menurut Syekh Abul Hasan asy-Syadzili, perihal firman Allah: “Maka hendaknya kalian berdua istiqamah”, maksudnya adalah “tidak tergesa-gesa”. Sedangkan ayat, “Dan janganlah kalian mengikuti jalannya orang-orang yang tidak mengetahui”, maksudnya adalah orang-orang yang menginginkan agar disegerakan ijabah doanya. Bahwa ijabah doa itu diorientasikan pada pilihan Allah, baik dalam bentuk yang riil ataupun waktunya, semata karena tiga hal:
Pertama, karena kasih sayang dan pertolongan Allah pada hamba-Nya. Sebab Allah Maha Murah, Maha Asih dan Maha Mengetahui. Dzat Yang Maha Murah apabila dimohon oleh orang yang memuliakan-Nya, ia akan diberi sesuatu yang lebih utama menurut Kemahatahuan-Nya. Sementara seorang hamba itu pada dasarnya bodoh terhadap mana yang baik dan yang lebih bermashlahat. Terkadang seorang hamba itu mencintai sesuatu padahal sesuatu itu buruk baginya, dan terkadang ia membenci sesuatu padahal yang dibenci itu lebih baik baginya. Inilah yang seharusnya difahami pendoa.
Kedua, bahwa sikap tergantung pada pilihan Allah itu merupakan sikap yang bisa mengabadikan hukum-hukum ubudiyah, di samping lebih mengakolikan wilayah rububiyah. Sebab manakala suatu ijabah doa itu tergantung pada selera hamba dengan segala jaminannya, niscaya doa itu sendiri lebih mengatur Allah. Dan hal demikian suatu tindakan yang salah.
Ketiga, doa itu sendiri adalah ubudiyah. Rahasia doa adalah menunjukkan betapa seorang hamba itu serba kekurangan. Kalau saja ijabah doa itu menurut keinginan pendoanya secara mutlak, tentu bentuk serba kurang itu tidak benar. Dengan demikian pula, rahasia taklif (kewajiban ubudiyah) menjadi keliru, padahal arti dari doa adalah adanya rahasia taklij'itu sendiri. Oleh sebab itu, lbnu Athaillah as-Sakandari menyatakan pada wacana selanjutnya:
“Janganlah membuat dirimu ragu pada janji Allah atas tidak terwujudnya sesuatu yang dijanjikan Allah, walaupun waktunya benar-benar nyata.”
Maksudnya, kita tidak boleh ragu pada janji Allah. Terkadang Allah memperlihatkan kepada kita akan terjadinya sesuatu yang kita inginkan dan pada waktu yang ditentukan. Namun tiba-tiba tidak muncul buktinya. Kenyataan seperti itu jangan sampai membuat kita ragu-ragu kepada janji Allah itu sendiri. Allah mempunyai maksud tersendiri dibalik semua itu, yaitu melanggengkan rububiyah atas ubudiyah hamba-Nya. Syarat-syarat ijabah atasjanji-Nya, terkadang tidak terpenuhi oleh hamba-Nya. Karena itu Allah pun pernah menjanjikan pertolongan kepada Nabi-Nya Muhammad SAW dalam perang Uhud dan Ahzab serta memenangkan kota Mekkah. Tetapi Allah menutupi syarat-syarat meraih pertolongan itu, yaitu syarat adanya sikap “merasa hina” di hadapan Allah yang bisa menjadi limpahan pertolongan itu sendiri. Sebab Allah berfirnian dalam At-Taubah: “Allah benar-benar menolongmu pada Perang Badar, ketika kamu sekalian merasa hina “.
Kenapa demikian? Sebab sikap meragukan janji Allah itu bisa mengaburkan pandangan hati kita terhadap karunia Allah sendiri. As-Sakandari meneruskan:
“Agar sikap demikian tidak mengaburkan mata hatimu dan meredupkan cahaya rahasia batinmu”.
Bahwa disebut di sana padanya pengaburan mata hati dan peredupan cahaya rahasia batin, karena sikap skeptis terhadap Allah itu, akan menghilangkan tujuan utama dan keleluasaan pandangan pengetahuan dibalik janji Allah itu.