Akbar S. Ahmed (1992) pernah mengungkapkan, “tidak ada ancaman yang lebih gawat
terhadap eksistensi masyarakat Islam daripada ancaman serbuan media Barat”.
Sadar atau tidak, perkataan, kebiasaan, canda, tawa kita, tidak jauh berbeda dengan apa yang kita dengar, lihat di media massa. Secara tak langsung juga, pola hidup dan tingkah laku kita dibawah bimbingan media massa yang setia menemani kita tiap hari. Dan tentunya, remaja muslim termasuk salah satu sasaran yang paling empuk sistem paradaban modern tersebut.
In fact, ada juga remaja atau generasi yang masih mendapat gelar pemuda harapan. Kita tengok revolusi Perancis yang menumbangkan kekuasaan Monarkhi, siapakah penggeraknya? Perjuangan pro demokrasi RRC atau Birma, penggeraknya adalah para pemuda. Pemuda Michael Gorbachev ketika berusia 18 tahun menulis “Lenin adalah ayahku, guruku dan Tuhanku”. Demonstrasi kolektif menuntut adanya reformasi Indonesia, notabene juga para mahasiswa yang pemuda.
Islam Jaya Dengan Pemuda
Dalam Al-Qur’an terdapat banyak kisah keberanian pemuda. Ada pemuda Ashabul Kahfi, pemuda Musa, Pemuda Yusuf yang terkenal ketampannya. Juga pemuda Ibrahim yang dengan gagahnya menentang sesembahan Ayah dan kaumnya pada waktu itu (Qs.Al-Anbiya 60, As-Syu’ara 72, Al-Anbiya 58). Rasulullah sendiri ketika diangkat sebagai Rasul masih kategori pemuda, para sahabat yang dibina Rasulullah di Darul Arqam juga para pemuda. Diantaranya Ali bin Abi Thalib (8 th), Thalhah (11 th), Arqam (12 th), Abdullah bin Masud (14 th), Sa’ad bin Abi Waqash (17 th), Ja’far (18 th), Zaid bin Haritsah (20 th). Pemuda tersebut diatas yang hidupnya didedikasikan hanya untuk kejayaan dan kemuliaan Islam, pemuda seperti itulah yang sanggup memikul beban dakwah dan bersedia berkorban menghadapi berbagai siksaan dengan penuh kesabaran.
Dulu, Imam Syafii muda telah hafal Al-Qur’an pada usia 9 tahun, Hasan Al-Banna mendirikan gerakan Ikhwanul Muslimin pada usia 23 tahun. Usamah bin Zaid pada usia 18 tahun telah memimpin pasukan perang. Kini kira-kira apa yang tengah dilakukan dan dipikirkan oleh remaja kita? Kalau bukan foya-foya, menikmati masa muda.
Jelas, diperlukan kebangkitan umat khususnya dari kaum mudanya, bila diinginkan kejayaan Islam, diperlukan pemuda Islam sekualitas para sahabat, yang memiliki komitmen tauhid yang lurus, keberanian menegakkan kebenaran. Serta memiliki ketaatan kepada Islam yang tanpa reserve. Dengan dorongan peran pemuda, perjuangan Islam akan berlangsung lebih giat sehingga Islam niscaya akan kembali tegak. Firman Allah Surat An-Nuur 55 :“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan yang mengerjakan amal sholeh, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi ini sebagaimana telah dia jadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhoinya untuk mereka, dan dia benar-benar akan menukar (keadaan mereka) sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku”
Ust. Hafizh Sholeh mensinyalir dalam kitabnya An-Nahdlah bahwa kebangkitan adalah mereka yang mempunyai pemikiran-pemikiran yang tinggi (al fikr raqiy) atau dalam kitab hadits as-shiyam disebutkan bahwa kebangkitan (an-Nahdlah) itu mengacu pada meningkatnya taraf berfikir.
Kebangkitan yang shahih (benar) yang diletakkan atas asas/pemikiran yang mengaitkan segala aktivitas manusia dengan perintah-perintah dan larangan-laranganNya yang termaktub di Al-Qur’an maupun Hadits. Dengan menjadikan Aqidah Islam sebagai landasan kebangkitan maka kita bisa mandiri dan terbebas dari intervensi asing, Allah SWT menjamin tegaknya Islam dan kehancuran kekafiran :
“Dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah, dan kalimat Allah itulah yang tinggi, Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (Qs. At-Taubah 40).
Menuju Khoiru Ummat
Landasan kebangkitan haruslah, Aqidah Islam yang bertujuan untuk melanjutkan kehidupan Islam dengan terealisasinya syariat Islam secara paripurna di seluruh dunia, maka diperlukan langkah riil untuk mencapainya. Pertama, hendaknya setiap remaja muslim yang menyadari kewajiban dakwah, memahami islam sebagai suatu mabda’ (ideologi) yang darinya terpancar hukum-hukum syara’ yang harus eksis sebagai tolok ukur dan dalam pemecahan segala problem aspek kehidupan. Kedua, remaja muslim harus sadar akan tugasnya dalam dakwah menegakkan kalimat Allah di seluruh pelosok dunia yang karenannya dakwah tidak mungkin bisa sendiri-sendiri tapi harus mengupayakan bersama secara sistematis. Ketiga, remaja muslim musti mantap dalam tsaqofah Islamiyyah agar mampu melakukan pergulatan pemikiran, untuk menangkal berbagai ide-ide yang bertentangan dengan Islam di tengah-tengah masyarakat dan dapat memberikan solusi Islam terhadap masalah yang ada.
“Perkara ini (Islam) akan merebak di segenap penjuru yang ditembus malam dan siang. Allah tidak akan membiarkan satu rumahpun, baik gedung maupun gubug melainkan Islam akan memasukinya sehingga dapat memuliakan agama yang mulia dan menghinakan agama yang hina. Yang dimuliakan adalah Islam dan yang dihinakan adalah kekufuran” (HR. Ibnu Hibban)
