Praktis antara 8M – 18 M Khilafah Islamiyah adalah satu satunya negara adi daya di dunia – tanpa pesaing - yang kekuasaannya meliputi sub gurun afrika, eropa selatan, Balkan, timur tengah, asia selatan dan asia tenggara. Ada penantang dalam rentang waktunya seperti Mongol namun kekuasaanya meredup dengan cepat dalam 2 abad bahkan keturunan keturunannya pun akhirnya malah jatuh dalam pelukan Islam atau menjadi seorang muslim. Demikian juga Cina hanya membatasi kekuasaanya di wilayah Cina saja tanpa serius mengekspansi wilayah lain. Kerajaan kerajaan Eropa masih saling bertempur sattu sama lain walaupun pernah antara abad 10M – 12M memenuhi seruan Paus Urbanus untuk
bahu membahu merebut AlQuds melawan Khilafah Islam dalam perang Salib.
Kekuasaan dan pengaruh Khilafah mulai merosot sejak abad 16 saat umat Islam sudah mulai kendor dalam ekspansi jihadnya dan lebih tertarik mengurusi perdagangan semetnara Eropa memasuki abad pencerahan dan Revolusi Industri. Ekspedisi perdagangan negara negara Eropa untuk menemukan wilayah perdangangan baru dimulai dari arah selatan ke afrika selatan hingga belok ke wilayah nusantara. Ke barat mereka berhasil mencapai Amerika Utara hingga Selatan. Namun karena keserakahanya, perlahan ekspedisi perdagangan tersebut berubah menjadi ekspedisi kolonialisasi wilayah untuk perkebunan dan mengirimkan pasukan bersenjata yang disamping untuk mengamankan kapal dagang, juga untuk mengamankan daerah kolonialnya.
Adanya kerajaan kerajaan Islam merupakan penghalang penjajah Eropa untuk mengeruk sumber daya alam. Merekapun melakukan trik belah bambu dengan memberikan bantuan militer antara beberapa kubu umat Islam untuk satu sama lain sehingga pemenangnya diharapkan berterimakasih dan memberikan keleluasaan kepada penjajah untuk menguasai wilayah untuk pengembangan perkebunan dll. Meski demikian, keberadaan remsi mereka tetap terancam oleh pejuang pejuang Islam yang ikhlas yang tidak rela berlakunya adat, hukum, pergaulan dan tata cara hidup
kafir di tanah tinggal mereka. Namun karena kalah persenjataan ataupun karena penghinatan penguasa antek maka akhirnya pejuang Islam kalah dan menyerah pada pasukan penjajah tersebut.
Di akhir abad 19 dan menjelang World War I, satu persatu wilayah Khilafah Turki Utsmani telah lepas secara faktual dan menjadi bancakan negara negara Eropa. Wilayah Afrika di bagi bagi antara Inggris Prancis dan Italy. Prancis mendapat Maroko, Aljazair dan Tunisia. Italy mendapatkan Libya. Inggris mendapatkan daerah strategis dan bersentuhan langsung ke jantung Islam seperti Mesir, Sudan, Yaman dan Oman. Inggris juga wilayah Asia Selatan. Adapun wilayah Asia Tenggara menjadi ajang pembagian antara Belanda, Spanyol dan Portugis.
Tepatlah penggambaran Rasulullah SAW :
Virus Ganas bernama Nasionalisme dan Operasi Intelejen PD I
Untuk melumpuhkan tubuh dan membunuhnya tanpa sadar maka hal yang bisa dilakukan adalah menyuntikkan virus ganas kepada tubuh itu. Eropa telah menebarkan virus gana pada tubuh umat Islam yaitu virus nasionalisme yang menggerogoti darah, tulang, otak dan persendian umat Islam hingga menjadi lumpuh. Otak tidak bisa memikirkan anggota tubuh lainnya demikian juga anggota tubuh tidak lagi bersinergi dengan otak.
Virus nasionalisme yang ditanamkan Eropa (khususnya Inggris) ditransmisikan dengan baik oleh pejuang reformasi Islam berkedok pan Islamisme ataupun pan Arabisme. Virus ini menjangkiti pemikiran umat Islam sehingga umat Islam berbangsa Arab merasa dirinya bukan satu tubuh dengan umat Islam berbangsa Turki demikian sebaliknya dan demikian pula yang terjadi pada umat Islam Mesir, Sudan, Iraq, India dan lain lain. Virus itu menanamkan pemahaman bahwa keterkaitan dengan wilayah lain (seperti Arab dengan Turki – vice versa) hanyalah beban dan hanya akan membuat mereka semakin terpuruk dari ekonomi militer politik dsb.
Setelah virus tersebut tertanam denan baik, maka penjajah tinggal melakukan operasi untuk memotong tubuh yang telah lumpuh tersebut. Salah satu operasi intelejen yang paling sukses dalam sejarah adalah bagaimana seorang agen Inggris yaitu TE Lawrence yang dikenal dengan Lawrence of Arabia tahun 1918 berhasil memisahkan seluruh dataran Hijaz, Gurun Arab hingga Iraq dari Khilafah Turki Utsmani setelah bekerja sama dengan dua orang penghianat yaitu Amir Mekkah (Syarif Hussain bin Ali) dan penguasa Nejd (Saud bin Abdul Aziz). Operasi itu dijalankan setetelah perjanjian Sykes-Picot ditandangani 16 Mei 1916 antara Inggris dan Prancis untuk kontrol atas wilayah Timur Tengah.
Ketakamakan Syarif Hussain harusdibayar dengan kekecewaan karena ternyata Inggris lebih memilih Saud bin Abdul Aziz sebagai penguasa hijaz dan kemudian menamakan wirlayah arab keseluruhannya dengan namanya yaitu Arab Saudi. Walau demikian Syarif Hussain masih mendapatkan bonus berupa wilayah Trans Jordan dan Iraq yang kemudian diberikan kepada anaknya yaitu Abdullah untuk Trans Jordan dan Faisal untuk wilayah Iraq. Terungkap ternyata si penghianat Syarif Hussein ternyata beraliansi dengan Inggris karena dijanjikan kana menjadi Khalifah Islam bila Turki Utsmani. Terbukti dua hari setelah khilafah Turki bubar (3 Maret 1924) oleh penghianat Islam lainnya – Mustafa Kemal -, Syarif Hussein memplokamirkan dirinya sebagai khalifah. Namun klaim itu pupus begitu saja karena penguasa penguasa negeri Islam lainnya tidak mengakui klaim tersebut.
Tubuh yang Terpecah Belah dan ajang Rebutan Negara negara Imperialis
Perang dunia II semakin memantapkan keterpecahan kaum muslimin menjadi puluhan Negara kecil kecil seperti Mesir, Sudan, Pakistan, Indonesia, Malasia dll. Walaupun kemerdekaan itu merupakan hasil perjuangan sungguh sungguh penduduk negeri terjajah, namun pada hakekatnya kemerdekaan itu adalah keberhasilan sempurna penjajah untuk me
nceraiberaikan umat Islam dari kesatuan seharusnya yaitu bersama dalam wadah khilafah. Tanpa bersatu dalam khilafah negeri negeri muslim itu akhirnya menjadi bul
an bulanan dan ajang konstelasi perebutan pengaruh negara negara kapitalis yang merubah modusnya dari penjajahan fisik menjadi penjajahan ideologi, ekonomi dan kebudayaan. Hal ini karena negara negara kapitalis itu berdiri di atas sudut pandang (fikroh) bahwa Negara lain adalah sumber exploitasi ekonomi dan menjadikan penjajahan sebagai metode (thoriqoh) untuk mendapatkan kekayaan negara lain.
Untuk tetap mempertahankan imperialisme dalam bentuk baru yaitu kemitraan ekonomi politik dan militer tidak jarang penjajah (misal Inggris) memberikan kemerdekaan kepada negar
a jajahannya agar mereka berterimakasih dan tetap melangsungkan kerjasama ekonomi politik dan militer daripada negara terjajah disusupi oleh agen agen penjajah negara lain (misal Amerika) lalu berterimakasih kepada negara mitra perjuangan kemerdekaan tersebut. Setelah negara itu merdeka, tidak jarang negara penjajah memainkan operasi intelejen untuk menciptakan ketidakstabilan yang akan membuat negara terjajah itu terus membutuhkan bantuan kepada negara penjajah.
Sebagai contoh adalah Iran-Iraq. Pada awalnya ketika PM Mossaddegh menang secara fair di pemilu, Amerika-lah yang membantu Reza Pahlevi mengkudeta Mossadegh karena Mossadegh terlalu dekat ke Uni Soviet. Namun sewaktu revolusi Iran yang dipimpin Khomeni berhasil menurunan Reza maka Amerika mulai mendekati Saddam untuk mengorbankan perang melawan Iran. Amerika dan Inggris secara terang terangan atau diam diam, terus mensuplai Iraq dengan perlengkapan tempur hingga akhir perang. Tidak cukup itu saja Amerika menghembus hembuskan isu perang Sunni Syiah untuk menggambarkan perang Iran Iraq, padahal semua tahu bahwa di Iraq juga banyak orang Syiah demikian juga Saddam adalah seorang anggota partai sosialis Ba’ath yang memusuhi Islam ideology. Setelah berjalannya waktu dan Amerika mulai melirik cadangan minyak di Iraq maka dengan memanfaatkan isu 9/11 Amerika memprakarsai serangan dan pendudukan Iraq dengan alasan preventif strike sebab Iraq diyakini menimbun WMD (World mass destruction) yang akan membahayakan keamanan Amerika.
Strategi Penjajahan Amerika setelah Krisis Ekonomi – Jebakan Demokrasi dan HAM
Rekayasa yang dibuat Amerika pada disadari memakan biasa yang sangat besar hingga menyebabkan deficit anggarannya. Perang Iran Afghanistan telah menghabiskan lebih dari $ 1,14 Trilliun Dollar dengan perincian perang Iraq telah menelan 772 Milliar Dollar sedangkan perang Afghanistan telah menelan 375 Milliar Dollar. Korban nyawapun sudah tak terhitung jumlahnya.
Seiring dengan semakin bangkrutnya Amerika pada pemerintahan Bush dan Obama akibat Economi down turn, maka Amerika mulai memainkan uslub (tata cara / styles) baru dalam melakukan khittah (langkah) politik perang melawan terorisme (Islam). Penggunaan hard power (seperti terjun langsung di peperangan) lambat laun dintinggalkan dan digantikan dengan penggunaan soft power (lobi, aliansi) ataupun smart power yaitu mempersuasi penguasa penguasa negeri negeri Islam untuk terlibat aktif dalam memerangi teroris (Islam). Amerika (termasuk juga Australia, Inggris dll) cukup memberikan pelatihan, asistensi dan sedikit pendanaan sembari menanamkan virus di benak benak penguasa itu bahwa teroris akan mengacaukan keamanan mereka demi merubah negara mereka menjadi Khilafah yang anti demokrasi dan HAM.
Padahal sesungguhnya demokrasi dan HAM hanyalah bualan amerika saja yang dipaksakan pada negara negara yang sudah mulai tidak loyal padanya untuk kemudian diganggu setabilitas ekonomi politik ataupun militernya. Amerika tidak perduli apakah sebuah negara itu demokratis atau tidak selama Negara tersebut mau kemauan politiknya. Terbukti Amerika adalah backing dari diktaktor diktaktor di Timur Tengah seperti Arab Saudi, Yordania, Syiria, Sudan, Oman, UEA, Mesir, Tunisia dan lain sebagainya yang sangat represif kepada pejuang Islam yang memperjuangkan Khilafah. Bahkan Amerika adalah pendukung nomor satu keberadaan Israel sekaligus sebagai backing penjarahan Israel atas tanah Palestina. Hingga pada saat amerika sudah bosan dengan diktaktor bonekanya tersebut maka dia mulai memerintahkan Negara tersebut untuk lebih demokratis dan terlibat rekayasa pemilu di Negara tersebut. Terpilihnya Karzai di pemilu Afghanistan adalah salah satu contoh dari rekayasa Amerika untuk menempatkan bonekanya di panggung kekuasaan.
Bila pergangian kekuasaan terjadi dengan people power, Amerika pun jauh jauh hari telah siap mengantisipasi hal tersebut. Amerika telah menciptakan kampiun kampiun pejuang Demokrasi/HAM yang pro Amerika dan sudah pasti otomatis akan di gadang gadang oleh rakyat manakala rakyat menghendaki turunnya rezim diktaktor dan diganti dengan yang demokratis. Tercatat Omar Solaeman dan El Baradai yang saat ini digadang-gadang rakyat Mesir untuk menggantikan Husni Mubarak keduanya adalah sahabat baik Amerika. Naiknya salah satu calon tersebut memastikan bahwa Mesir akan tetap menjadi Negara pengikut setia-nya Namun untuk memastikan hal tersebut berjalan aman maka Amerika harus mengupayakan agar pergantian tersebut berjalan dengan lancar (menurut skenarionya) yaitu dengan melalui mekanisme pemilihan umum yang tentu saja sarat dengan rekayasa data dan suara.
Namun bila people power tersebut gagal mencapai tujuannya dan yang terpilih adalah penguasa yang dekat dengan kelompok Islam maka Amerika akan mengupayakan pemilu ulang atau memerintahkan rezim militer untuk menggagalkan pemilu tersebut. Hal ini sebagaimana yang terjadi di AlJazair, manakala FIS memenangkan pemilu secara mutlak maka militer Negara tersebut segera mengambil alih pemerintahan di Negara tersebut.
Referendum merupakan uslub baru yang dijajankan Amerika untuk memudahkannya menjajah daerah tersebut dengan membagi baginya menjadi wilayah wilayah yang lemah dengan memanfaatkan sentimen suku ataupun ketidak adilan politik ekonomi di wilayah yang akan dipisahkan, sekaligus dengan cara memelihara kelompok separatis di daerah yang akan dipisahkan. Hal ini pernah terjadi di Timor Timur dan baru saja terjadi di Sudan Selatan. Faktor ketidak adilan negara induk tidak memberikan kesejahteraan pada daerah tersebut. Papua Barat dan Maluku merupakan daerah potensial untuk dipecah melalui referendum. Toh setelah terbukti daerah tersebut tidak ekonomis maka Amerika ataupun Negara penjajah lainnya akan melenggang pergi dengan diam diam dari Negara tersebut tanpa menderita kerugian sedikitpun.
Mempersiapkan (Bukan Sekedar Menunggu) Kejatuhan Amerika
Sesungguhnya rekayasa rekayasa Amerika pada akhirnya hanya membuat Amerika bangkrut karena besarnya biaya ekonomi dan sosial yang ditimbulkannya. Hutang luar negeri dan defisit anggaran Amerika sudah sampai pada titik mengkhawatirkan sehhingga ketua senat amerika– John Boehner –mewanti wanti Obama apabila defisit dan hutang tidak segera ditanggulangi maka Amerika akan berada pada kondisi kritis dan membahayakan. Amerika saat ini ibarat seorang kakek tua renta yang tidak lagi mampu melindungi keluarganya, termasuk melindungi kepentingan dan antek anteknya di seluruh dunia.
Namun siapkah umat Islam untuk mempersiapkan era jatuhnya amerika itu ? Apakah ketika Amerika nantinya jatuh justru negeri muslim malah menjadi menjadi penerus Amerika itu sendiri ? Seperti di Indonesia. Jatuhnya Suharto tidak serta merta membuat rakyat Indonesia terlepas dari penjajahan Amerika dan menjadi bangsa yang mandiri, karena penguasa penguasa baru bahkan lebih gila lagi dekatnya kepada Amerika dan kepada kapitalisme, menjual asset asset negara dan menelorkan undang undang yang membuat kapitalis makin mudah untuk mengeksplotisai SDA/M Indonesia..
Kejayaan umat Islam tidak akan terjadi hanya dengan gonta ganti kepala negara tau kepaala daerah saja. Kejayaan Islam hanya akan terjadi bila umat Islam kembali kepada aqidah/ideologi Islam, mengubur sekulerisme dan menegakkan kembali syariah dalam bingkai Khilafah. Wilayah wilayah Islam apabila bergabung akan memiliki daya 23% penduduk bumi yang tersebar di zona equator nan strategis dengan potensi kekayaan , 72% cadangan minyak, 61% cadangan gas, dan lain lainya maka tegaknya khilafah yang menggabungkan negeri negeri Islam akan mampu menjadikannya sebagai negara adi daya menggusur dominasi Amerika yang sekarat.
Khilafah bagaimanapun juga akan berdiri dengan seizin Allah SWT menggenapi penerawangan Rasulullah SAW :
Sangat mudah dipahami bila Obama dalam orasi pengangkatannya dengan mengatakan akan menempatkan Afghanistan dan Pakistan sebagai fokus utamanya dalam melanjutkan agendanya Bush : War On Terrorism (WOT). Obama akan mati matian mempertahankan anteknya di Afghanisatan (:Karzai) dan anteknya di Pakistan (:Zardari) demi menghambat tegaknya Daulah Khilafah. Namun kelak sejarah kan mencatat penguasa penguasa Pakistan, Afghanistan, Iraq, Yordan, Suriah, Lebanon dll itu tanggal akan kekuasaanya. Pasukan khilafah bergerak dari khurasan menyapu kekuasaan mereka hingga berhasil memebaskan tanah Palestina dan menancapkan bendera Rasulullah SAW – laa ilaha illallah muhammad rasulullah – hitam putih di sana.
Dan insyaAllah tidak akan lama lagi Palestina akan dibebaskan oleh pasukan Khilafah. Amiin
InsyaAllah
bahu membahu merebut AlQuds melawan Khilafah Islam dalam perang Salib.
Kekuasaan dan pengaruh Khilafah mulai merosot sejak abad 16 saat umat Islam sudah mulai kendor dalam ekspansi jihadnya dan lebih tertarik mengurusi perdagangan semetnara Eropa memasuki abad pencerahan dan Revolusi Industri. Ekspedisi perdagangan negara negara Eropa untuk menemukan wilayah perdangangan baru dimulai dari arah selatan ke afrika selatan hingga belok ke wilayah nusantara. Ke barat mereka berhasil mencapai Amerika Utara hingga Selatan. Namun karena keserakahanya, perlahan ekspedisi perdagangan tersebut berubah menjadi ekspedisi kolonialisasi wilayah untuk perkebunan dan mengirimkan pasukan bersenjata yang disamping untuk mengamankan kapal dagang, juga untuk mengamankan daerah kolonialnya.
Adanya kerajaan kerajaan Islam merupakan penghalang penjajah Eropa untuk mengeruk sumber daya alam. Merekapun melakukan trik belah bambu dengan memberikan bantuan militer antara beberapa kubu umat Islam untuk satu sama lain sehingga pemenangnya diharapkan berterimakasih dan memberikan keleluasaan kepada penjajah untuk menguasai wilayah untuk pengembangan perkebunan dll. Meski demikian, keberadaan remsi mereka tetap terancam oleh pejuang pejuang Islam yang ikhlas yang tidak rela berlakunya adat, hukum, pergaulan dan tata cara hidup
kafir di tanah tinggal mereka. Namun karena kalah persenjataan ataupun karena penghinatan penguasa antek maka akhirnya pejuang Islam kalah dan menyerah pada pasukan penjajah tersebut.
Di akhir abad 19 dan menjelang World War I, satu persatu wilayah Khilafah Turki Utsmani telah lepas secara faktual dan menjadi bancakan negara negara Eropa. Wilayah Afrika di bagi bagi antara Inggris Prancis dan Italy. Prancis mendapat Maroko, Aljazair dan Tunisia. Italy mendapatkan Libya. Inggris mendapatkan daerah strategis dan bersentuhan langsung ke jantung Islam seperti Mesir, Sudan, Yaman dan Oman. Inggris juga wilayah Asia Selatan. Adapun wilayah Asia Tenggara menjadi ajang pembagian antara Belanda, Spanyol dan Portugis.
Tepatlah penggambaran Rasulullah SAW :
يُوشِكُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ الْأُمَمُ مِنْ كُلِّ أُفُقٍ كَمَا تَدَاعَى الْأَكَلَةُ عَلَى قَصْعَتِهَا قَالَ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَمِنْ قِلَّةٍ بِنَا يَوْمَئِذٍ قَالَ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنْ تَكُونُونَ غُثَاءً كَغُثَاءِ السَّيْلِ يَنْتَزِعُ الْمَهَابَةَ مِنْ قُلُوبِ عَدُوِّكُمْ وَيَجْعَلُ فِي قُلُوبِكُمْ الْوَهْنَ قَالَ قُلْنَا وَمَا الْوَهْنُ قَالَ حُبُّ الْحَيَاةِ وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ
“Hampir saja ummat-ummat dari segala penjuru mengerumuni kalian seperti orang-orang lapar mengerumuni piring makanan.” Kami bertanya; Apakah karena saat itu kita golongan minoritas? Rasulullah SAW bersabda; “Bahkan kalian saat itu banyak, tapi kalian adalah buih seperti buih sungai, rasa ketakutan telah dicabut dari hati musuh kalian dan penyakit wahn disemayamkan dalam hati kalian.” Kami bertanya; Apa itu wahn? Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam bersabda; “Cinta dunia dan takut mati.“ HR Ahmad 21363Virus Ganas bernama Nasionalisme dan Operasi Intelejen PD I
Untuk melumpuhkan tubuh dan membunuhnya tanpa sadar maka hal yang bisa dilakukan adalah menyuntikkan virus ganas kepada tubuh itu. Eropa telah menebarkan virus gana pada tubuh umat Islam yaitu virus nasionalisme yang menggerogoti darah, tulang, otak dan persendian umat Islam hingga menjadi lumpuh. Otak tidak bisa memikirkan anggota tubuh lainnya demikian juga anggota tubuh tidak lagi bersinergi dengan otak.
Virus nasionalisme yang ditanamkan Eropa (khususnya Inggris) ditransmisikan dengan baik oleh pejuang reformasi Islam berkedok pan Islamisme ataupun pan Arabisme. Virus ini menjangkiti pemikiran umat Islam sehingga umat Islam berbangsa Arab merasa dirinya bukan satu tubuh dengan umat Islam berbangsa Turki demikian sebaliknya dan demikian pula yang terjadi pada umat Islam Mesir, Sudan, Iraq, India dan lain lain. Virus itu menanamkan pemahaman bahwa keterkaitan dengan wilayah lain (seperti Arab dengan Turki – vice versa) hanyalah beban dan hanya akan membuat mereka semakin terpuruk dari ekonomi militer politik dsb.
Setelah virus tersebut tertanam denan baik, maka penjajah tinggal melakukan operasi untuk memotong tubuh yang telah lumpuh tersebut. Salah satu operasi intelejen yang paling sukses dalam sejarah adalah bagaimana seorang agen Inggris yaitu TE Lawrence yang dikenal dengan Lawrence of Arabia tahun 1918 berhasil memisahkan seluruh dataran Hijaz, Gurun Arab hingga Iraq dari Khilafah Turki Utsmani setelah bekerja sama dengan dua orang penghianat yaitu Amir Mekkah (Syarif Hussain bin Ali) dan penguasa Nejd (Saud bin Abdul Aziz). Operasi itu dijalankan setetelah perjanjian Sykes-Picot ditandangani 16 Mei 1916 antara Inggris dan Prancis untuk kontrol atas wilayah Timur Tengah.
Ketakamakan Syarif Hussain harusdibayar dengan kekecewaan karena ternyata Inggris lebih memilih Saud bin Abdul Aziz sebagai penguasa hijaz dan kemudian menamakan wirlayah arab keseluruhannya dengan namanya yaitu Arab Saudi. Walau demikian Syarif Hussain masih mendapatkan bonus berupa wilayah Trans Jordan dan Iraq yang kemudian diberikan kepada anaknya yaitu Abdullah untuk Trans Jordan dan Faisal untuk wilayah Iraq. Terungkap ternyata si penghianat Syarif Hussein ternyata beraliansi dengan Inggris karena dijanjikan kana menjadi Khalifah Islam bila Turki Utsmani. Terbukti dua hari setelah khilafah Turki bubar (3 Maret 1924) oleh penghianat Islam lainnya – Mustafa Kemal -, Syarif Hussein memplokamirkan dirinya sebagai khalifah. Namun klaim itu pupus begitu saja karena penguasa penguasa negeri Islam lainnya tidak mengakui klaim tersebut.
Tubuh yang Terpecah Belah dan ajang Rebutan Negara negara Imperialis
Perang dunia II semakin memantapkan keterpecahan kaum muslimin menjadi puluhan Negara kecil kecil seperti Mesir, Sudan, Pakistan, Indonesia, Malasia dll. Walaupun kemerdekaan itu merupakan hasil perjuangan sungguh sungguh penduduk negeri terjajah, namun pada hakekatnya kemerdekaan itu adalah keberhasilan sempurna penjajah untuk me
nceraiberaikan umat Islam dari kesatuan seharusnya yaitu bersama dalam wadah khilafah. Tanpa bersatu dalam khilafah negeri negeri muslim itu akhirnya menjadi bul
an bulanan dan ajang konstelasi perebutan pengaruh negara negara kapitalis yang merubah modusnya dari penjajahan fisik menjadi penjajahan ideologi, ekonomi dan kebudayaan. Hal ini karena negara negara kapitalis itu berdiri di atas sudut pandang (fikroh) bahwa Negara lain adalah sumber exploitasi ekonomi dan menjadikan penjajahan sebagai metode (thoriqoh) untuk mendapatkan kekayaan negara lain.
Untuk tetap mempertahankan imperialisme dalam bentuk baru yaitu kemitraan ekonomi politik dan militer tidak jarang penjajah (misal Inggris) memberikan kemerdekaan kepada negar
a jajahannya agar mereka berterimakasih dan tetap melangsungkan kerjasama ekonomi politik dan militer daripada negara terjajah disusupi oleh agen agen penjajah negara lain (misal Amerika) lalu berterimakasih kepada negara mitra perjuangan kemerdekaan tersebut. Setelah negara itu merdeka, tidak jarang negara penjajah memainkan operasi intelejen untuk menciptakan ketidakstabilan yang akan membuat negara terjajah itu terus membutuhkan bantuan kepada negara penjajah.
Sebagai contoh adalah Iran-Iraq. Pada awalnya ketika PM Mossaddegh menang secara fair di pemilu, Amerika-lah yang membantu Reza Pahlevi mengkudeta Mossadegh karena Mossadegh terlalu dekat ke Uni Soviet. Namun sewaktu revolusi Iran yang dipimpin Khomeni berhasil menurunan Reza maka Amerika mulai mendekati Saddam untuk mengorbankan perang melawan Iran. Amerika dan Inggris secara terang terangan atau diam diam, terus mensuplai Iraq dengan perlengkapan tempur hingga akhir perang. Tidak cukup itu saja Amerika menghembus hembuskan isu perang Sunni Syiah untuk menggambarkan perang Iran Iraq, padahal semua tahu bahwa di Iraq juga banyak orang Syiah demikian juga Saddam adalah seorang anggota partai sosialis Ba’ath yang memusuhi Islam ideology. Setelah berjalannya waktu dan Amerika mulai melirik cadangan minyak di Iraq maka dengan memanfaatkan isu 9/11 Amerika memprakarsai serangan dan pendudukan Iraq dengan alasan preventif strike sebab Iraq diyakini menimbun WMD (World mass destruction) yang akan membahayakan keamanan Amerika.
Strategi Penjajahan Amerika setelah Krisis Ekonomi – Jebakan Demokrasi dan HAM
Rekayasa yang dibuat Amerika pada disadari memakan biasa yang sangat besar hingga menyebabkan deficit anggarannya. Perang Iran Afghanistan telah menghabiskan lebih dari $ 1,14 Trilliun Dollar dengan perincian perang Iraq telah menelan 772 Milliar Dollar sedangkan perang Afghanistan telah menelan 375 Milliar Dollar. Korban nyawapun sudah tak terhitung jumlahnya.
Seiring dengan semakin bangkrutnya Amerika pada pemerintahan Bush dan Obama akibat Economi down turn, maka Amerika mulai memainkan uslub (tata cara / styles) baru dalam melakukan khittah (langkah) politik perang melawan terorisme (Islam). Penggunaan hard power (seperti terjun langsung di peperangan) lambat laun dintinggalkan dan digantikan dengan penggunaan soft power (lobi, aliansi) ataupun smart power yaitu mempersuasi penguasa penguasa negeri negeri Islam untuk terlibat aktif dalam memerangi teroris (Islam). Amerika (termasuk juga Australia, Inggris dll) cukup memberikan pelatihan, asistensi dan sedikit pendanaan sembari menanamkan virus di benak benak penguasa itu bahwa teroris akan mengacaukan keamanan mereka demi merubah negara mereka menjadi Khilafah yang anti demokrasi dan HAM.
Padahal sesungguhnya demokrasi dan HAM hanyalah bualan amerika saja yang dipaksakan pada negara negara yang sudah mulai tidak loyal padanya untuk kemudian diganggu setabilitas ekonomi politik ataupun militernya. Amerika tidak perduli apakah sebuah negara itu demokratis atau tidak selama Negara tersebut mau kemauan politiknya. Terbukti Amerika adalah backing dari diktaktor diktaktor di Timur Tengah seperti Arab Saudi, Yordania, Syiria, Sudan, Oman, UEA, Mesir, Tunisia dan lain sebagainya yang sangat represif kepada pejuang Islam yang memperjuangkan Khilafah. Bahkan Amerika adalah pendukung nomor satu keberadaan Israel sekaligus sebagai backing penjarahan Israel atas tanah Palestina. Hingga pada saat amerika sudah bosan dengan diktaktor bonekanya tersebut maka dia mulai memerintahkan Negara tersebut untuk lebih demokratis dan terlibat rekayasa pemilu di Negara tersebut. Terpilihnya Karzai di pemilu Afghanistan adalah salah satu contoh dari rekayasa Amerika untuk menempatkan bonekanya di panggung kekuasaan.
Bila pergangian kekuasaan terjadi dengan people power, Amerika pun jauh jauh hari telah siap mengantisipasi hal tersebut. Amerika telah menciptakan kampiun kampiun pejuang Demokrasi/HAM yang pro Amerika dan sudah pasti otomatis akan di gadang gadang oleh rakyat manakala rakyat menghendaki turunnya rezim diktaktor dan diganti dengan yang demokratis. Tercatat Omar Solaeman dan El Baradai yang saat ini digadang-gadang rakyat Mesir untuk menggantikan Husni Mubarak keduanya adalah sahabat baik Amerika. Naiknya salah satu calon tersebut memastikan bahwa Mesir akan tetap menjadi Negara pengikut setia-nya Namun untuk memastikan hal tersebut berjalan aman maka Amerika harus mengupayakan agar pergantian tersebut berjalan dengan lancar (menurut skenarionya) yaitu dengan melalui mekanisme pemilihan umum yang tentu saja sarat dengan rekayasa data dan suara.
Namun bila people power tersebut gagal mencapai tujuannya dan yang terpilih adalah penguasa yang dekat dengan kelompok Islam maka Amerika akan mengupayakan pemilu ulang atau memerintahkan rezim militer untuk menggagalkan pemilu tersebut. Hal ini sebagaimana yang terjadi di AlJazair, manakala FIS memenangkan pemilu secara mutlak maka militer Negara tersebut segera mengambil alih pemerintahan di Negara tersebut.
Referendum merupakan uslub baru yang dijajankan Amerika untuk memudahkannya menjajah daerah tersebut dengan membagi baginya menjadi wilayah wilayah yang lemah dengan memanfaatkan sentimen suku ataupun ketidak adilan politik ekonomi di wilayah yang akan dipisahkan, sekaligus dengan cara memelihara kelompok separatis di daerah yang akan dipisahkan. Hal ini pernah terjadi di Timor Timur dan baru saja terjadi di Sudan Selatan. Faktor ketidak adilan negara induk tidak memberikan kesejahteraan pada daerah tersebut. Papua Barat dan Maluku merupakan daerah potensial untuk dipecah melalui referendum. Toh setelah terbukti daerah tersebut tidak ekonomis maka Amerika ataupun Negara penjajah lainnya akan melenggang pergi dengan diam diam dari Negara tersebut tanpa menderita kerugian sedikitpun.
Mempersiapkan (Bukan Sekedar Menunggu) Kejatuhan Amerika
Sesungguhnya rekayasa rekayasa Amerika pada akhirnya hanya membuat Amerika bangkrut karena besarnya biaya ekonomi dan sosial yang ditimbulkannya. Hutang luar negeri dan defisit anggaran Amerika sudah sampai pada titik mengkhawatirkan sehhingga ketua senat amerika– John Boehner –mewanti wanti Obama apabila defisit dan hutang tidak segera ditanggulangi maka Amerika akan berada pada kondisi kritis dan membahayakan. Amerika saat ini ibarat seorang kakek tua renta yang tidak lagi mampu melindungi keluarganya, termasuk melindungi kepentingan dan antek anteknya di seluruh dunia.
Namun siapkah umat Islam untuk mempersiapkan era jatuhnya amerika itu ? Apakah ketika Amerika nantinya jatuh justru negeri muslim malah menjadi menjadi penerus Amerika itu sendiri ? Seperti di Indonesia. Jatuhnya Suharto tidak serta merta membuat rakyat Indonesia terlepas dari penjajahan Amerika dan menjadi bangsa yang mandiri, karena penguasa penguasa baru bahkan lebih gila lagi dekatnya kepada Amerika dan kepada kapitalisme, menjual asset asset negara dan menelorkan undang undang yang membuat kapitalis makin mudah untuk mengeksplotisai SDA/M Indonesia..
Kejayaan umat Islam tidak akan terjadi hanya dengan gonta ganti kepala negara tau kepaala daerah saja. Kejayaan Islam hanya akan terjadi bila umat Islam kembali kepada aqidah/ideologi Islam, mengubur sekulerisme dan menegakkan kembali syariah dalam bingkai Khilafah. Wilayah wilayah Islam apabila bergabung akan memiliki daya 23% penduduk bumi yang tersebar di zona equator nan strategis dengan potensi kekayaan , 72% cadangan minyak, 61% cadangan gas, dan lain lainya maka tegaknya khilafah yang menggabungkan negeri negeri Islam akan mampu menjadikannya sebagai negara adi daya menggusur dominasi Amerika yang sekarat.
Khilafah bagaimanapun juga akan berdiri dengan seizin Allah SWT menggenapi penerawangan Rasulullah SAW :
إِنَّ اللهَ زَوَى لِي الْأَرْضَ فَرَأَيْتُ مَشَارِقَهَا وَمَغَارِبَهَا وَإِنَّ أُمَّتِي سَيَبْلُغُ مُلْكُهَا مَا زُوِيَ لِي مِنْهَا
Sungguh, Allah telah memperlihatkan kepadaku bumi ini, lalu aku melihat bagian timur dan baratnya. Sungguh, kerajaan umatku akan mencapai seluruh bagian bumi yang telah ditampakkan kepadaku itu (HR Muslim).Sangat mudah dipahami bila Obama dalam orasi pengangkatannya dengan mengatakan akan menempatkan Afghanistan dan Pakistan sebagai fokus utamanya dalam melanjutkan agendanya Bush : War On Terrorism (WOT). Obama akan mati matian mempertahankan anteknya di Afghanisatan (:Karzai) dan anteknya di Pakistan (:Zardari) demi menghambat tegaknya Daulah Khilafah. Namun kelak sejarah kan mencatat penguasa penguasa Pakistan, Afghanistan, Iraq, Yordan, Suriah, Lebanon dll itu tanggal akan kekuasaanya. Pasukan khilafah bergerak dari khurasan menyapu kekuasaan mereka hingga berhasil memebaskan tanah Palestina dan menancapkan bendera Rasulullah SAW – laa ilaha illallah muhammad rasulullah – hitam putih di sana.
إِذَا رَأَيْتُمْ الرَّايَاتِ السُّودَ قَدْ جَاءَتْ مِنْ خُرَاسَانَ فَأْتُوهَافَإِنَّ فِيهَا خَلِيفَةَ اللَّهِ الْمَهْدِيَّ
Bila kalian melihat bendera-bendera hitam yang datang dari Khurasan, datangilah, karena disana ada khalifah Allah, Al Mahdi.” Ahmad 21353Dan insyaAllah tidak akan lama lagi Palestina akan dibebaskan oleh pasukan Khilafah. Amiin
تَخْرُجُ مِنْ خُرَاسَانَ رَايَاتٌ سُودٌ لَا يَرُدُّهَا شَيْءٌ حَتَّى تُنْصَبَ بِإِيلِيَاء
Akan muncul dari negeri khurasan beberapa bendera hitam, tidak ada yang dapat menghadangnya sama sekali sehingga di tancapkan di Iliya`.” Tirmidzi 2195 * ilya = baitul maqdis = alQuds.InsyaAllah
Kepribadian dalam bahasa Arab disebut as-syakhshiyyah, berasal dari kata syakhshun, artinya, orang atau seseorang atau pribadi. Kepribadian bisa juga diartikan identitas seseorang (haqiiqatus syakhsh). Syekh Taqiyuddin An Nabhani dalam As Syakhshiyyah Al Islamiyyah jilid I halaman 5, menyatakan bahwa kepribadian atau syakhshiyyah seseorang dibentuk oleh cara berpikirnya (aqliyah) dan caranya berbuat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan atau keinginan-keinginannya (nafsiyah).
Tinggi rendah identitas atau jati diri seseorang tergantung dari kemampuan berpikirnya dan tingkah laku atau aktivitas hidupnya. Secara nyata bisa kita amati di sekeliling kita. Dalam suatu lingkungan masyarakat, bangsa atau negara muncul orang-orang tertentu yang menjadi pemimpin dan penggerak massa. Mereka mempunyai kelebihan-kelebihan tertentu dalam bidang pemikiran dan pemecahan problema masyarakat. Pemikiran yang mereka lontarkan berkembang, diterima dan menggerakkan tiap-tiap pribadi yang mengikutinya. Aktivitas dan program-programnya mempengaruhi aktivitas kehidupan orang banyak. Orang-orang seperti ini tidak selalu dari kalangan bangsawan atau memiliki harta kekayaan yang berlimpah. Mahatma Gandhi misalnya, mampu menggerakkan bangsa India dengan kesederhanaannya. Thalut, memimpin Bani Israil untuk membebaskan diri dari kezhaliman bangsa penjajah, tanpa mempunyai kekayaan. Allah SWT mengabadikan fakta sejarah ini dalam firman-Nya:
"Nabi mereka menyatakan kepada mereka (Bani Israil): 'Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu'. Mereka menjawab: 'Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang diapun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?'. Nabi (mereka) berkata: 'Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa'. Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan Allah Mahaluas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui'." (QS Al Baqarah:247).
Kita jumpai pula di masyarakat adanya orang-orang yang hanya menjadi beban, bahkan menjadi sampah masyarakat. Mereka tidak mampu memecahkan masalah mereka sendiri, apalagi memecahkan masalah masyarakat. Di antara dua contoh ekstrim di atas; ada orang-orang yang mampu menyelesaikan masalah-masalahnya sendiri, tetapi tidak mampu atau tidak mau memecahkan problema orang lain. Mereka sibuk dengan dirinya sendiri. Mereka menghabiskan waktu, tenaga dan pikirannya untuk menggeluti kesenangannya sendiri. Orang-orang demikian tidak banyak berpikir dan bekerja kecuali untuk dirinya. Hati mereka terpisah dari masyarakat.
Posisi seseorang di suatu masyarakat tergantung dari seberapa tinggi kualitas hubungan (nilai interaksi) dirinya dengan anggota masyarakat yang lain. Kualitas hubungan itu berupa nilai aktivitas (amal) yang terjadi yang melibatkan dirinya dengan orang-orang lain. Nilai aktivitas yang dirasakan oleh pribadi-pribadi terkait tersebut menimbulkan tanggapan, dan sampai taraf tertentu berupa suatu pengakuan terhadap orang tersebut apakah dia orang besar, berpengaruh, orang biasa-biasa saja atau orang kecil. Apakah dia orang alim, atau orang jahil. Apakah dia orang dermawan, orang yang sedang-sedang saja, atau orang bakhil/pelit. Apakah dia orang kuat, sedang atau lemah. Apakah dia orang yang pemberani atau penakut (pengecut). Apakah dia orang yang adil atau zhalim. Apakah dia orang yang amanah (terpercaya) atau khianat (menyeleweng). Apakah dia orang jujur atau suka menipu. Apakah dia pahlawan pembela kebenaran atau gembong kejahatan.
Oleh karena itu, terbentuknya tingkat kepribadian seseorang di dalam masyarakat berkaitan dengan nilai aktivitas yang dia lakukan dalam berinteraksi dengan pribadi-pribadi anggota masyarakat yang lain. Yang menjadi masalah sekarang adalah, apa sesungguhnya yang menentukan nilai aktivitas atau amal perbuatan yang ia lakukan?
Nilai Aktivitas
Suatu perbuatan yang dilakukan seseorang tidak lain adalah merupakan pemuasan terhadap kebutuhan-kebutuhannya. Dia lapar, maka dia butuh makan. Oleh karena itu, dia berusaha untuk mendapatkan makanan. Kebutuhan orang tidak hanya makan, minum atau buang hajat. Dia perlu juga menjaga kelestarian keturunannya, maka di menikah dan mempunyai anak. Dia butuh mempertahankan eksistensinya, maka dia berusaha mempunyai rumah, mempunyai kendaraan, mempunyai jabatan. Dan dia berusaha menjaga gengsi atau martabatnya.
Semuanya itu dinamakan perbuatan atau aktivitas yang merupakan pemuasan dari kebutuhan-kebutuhan, baik kebutuhan jasmani (haajatul 'udlowiyah) maupun kebutuhan naluri (gharizah). Dan karena semua manusia berusaha memenuhi kebutuhannya, maka terwujudlah berbagai macam perbuatan dan interaksi antar individu di dalam masyarakat.
Dengan demikian, perbuatan manusia itu bersumber dari apa yang ada di dalam dirinya. Apa yang ia butuhkan, apa yang ia rasakan, dan apa yang ia inginkan. Perasaan dan keinginan itu mempunyai pusat atau lubuk yang dikenal sebagai hati. Kita sering mendengar ungkapan, “Dia telah mengungkapkan isi hatinya dari lubuk yang paling dalam.”
Dalam suatu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhary dan Muslim (Hadits ke-6 dari Kitab Arba'in An Nawawiyyah), Rasulullah SAW bersabda:
"...Ingatlah, bahwa di dalam jasad itu ada sekerat daging. Jika ia baik, baiklah jasad seluruhnya. Dan jika ia rusak, rusaklah jasad seluruhnya. Ingatlah, daging itu adalah hati."
Dari hadits tersebut dapat kita pahami bahwa baik buruknya hati manusia mempengaruhi baik buruknya perbuatan yang dilakukan oleh seluruh anggota jasad (badan) manusia. Artinya, apa yang dilakukan tangan, kaki, mata, telinga dan mulut manusia ditentukan oleh keinginan-keinginan yang muncul dari hatinya.
Lalu siapakah yang menyebabkan baik buruknya hati manusia, sementara kita tahu ia dilahirkan dalam keadaan suci (fithrah). Ternyata keinginan manusia itu dipengaruhi oleh pemahaman (mafhum) yang ia miliki. Pemahaman itu dibentuk oleh pengetahuan dan pengalamannya. Seorang yang belum pernah mendengar kata-kata komputer tidak akan terbersit dalam hatinya untuk menulis surat di layar komputer. Demikian pula seorang calon istri yang belum pernah melihat mobil Cadilac, tidak akan memilih mobil yang menjadi kebanggaan para eksekutif di Amerika itu untuk hadiah pernikahannya.
Oleh karena itu, kalau kita amati lebih jauh, kepribadian seseorang yang tampak dalam bentuk penampilan dan aktivitasnya dalam interaksinya dengan pribadi-pribadi lain anggota masyarakat, ternyata bertumpu kepada simpanan-simpanan pemikiran yang dimilikinya serta keinginan-keinginan yang tersembunyi di dalam hatinya. Baik buruknya pribadi itu, kuat lemahnya pribadi itu, agung rendahnya pribadi itu, tergantung kadar simpanan pemikiran dan keinginannya. Bagaimana cara berpikirnya dan bagaimana caranya memenuhi keinginan-keinginan pribadinya, itulah warna kepribadiannya, identitas pribadinya dan jati dirinya. Rasulullah SAW. bersabda:
"Sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk badan dan rupamu, tetapi langsung melihat/memperhatikan niat dan keikhlasan dalam hatimu." (HSR Muslim dalam Riyadlush Sholihin Imam Nawawy).
Diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Ibnu Majah dari sahabat Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk rupamu dan hartamu, tetapi akan memperhatikan hati dan perbuatanmu."
Jelaslah, bahwa pembentuk kepribadian dan ukuran-ukuran penilaian suatu kepribadian bukanlah harta seseorang, bentuk rupanya, badannya atau hal-hal fisik lain yang hanya merupakan asesori atau menjadi kulit-kulit luar suatu kepribadian, melainkan isi dalam diri seseorang, yakni cara berpikirnya dan sikap jiwanya.
Dengan demikian jelaslah bagi kita bahwa syakhshiyyah Islamiyyah atau kepribadian Islam adalah perpaduan antara cara berfikir Islami (aqliyyah Islamiyyah) dan sikap jiwa Islami (nafsiyyah Islamiyyah) yang terdapat dalam diri seorang muslim. Seorang muslim bisa dikatakan memiliki cara berfikir yang Islami (aqliyyah Islamiyyah) manakala ia sudah bertekad untuk memikirkan segala sesuatu dan setiap problema yang dihadapinya dengan cara pandang dan cara-cara pemecahan Islam. Ia hanya bertekad hanya akan menggunakan kaca mata Islam. Seorang muslim bisa dikatakan memiliki sikap jiwa Islami (nafsiyyah Islamiyyah) manakala dia telah bertekad untuk membimbing dan memenuhi segala keinginan hawa nafsunya dengan cara-cara pemuasan Islam. Rasulullah saw. bersabda:
"Tidaklah beriman salah seorang di anatara kalian hngga ia membimbing hawa nafsunya selalu mengikuti apa (Islam) yang kubawa ini" (HR. Imam Nawawi).