Simpul
Langit dan Simpul Bumi adalah Rahasia Sukses Para Penakluk. Ikuti
kultwit motinafsi, saya kutipkan dari buku #BornToBeLeader.
1. Menghadirkan generasi cemerlang, generasi yang kemilau cahayanya seperti para pendahulu kita menjadi suatu agenda yang urgent.
2. Jika masih ada yang bertanya “apakah mungkin?”, maka kita pantas bertanya balik “apa yang membuat tidak mungkin?”.
3. Potensi yang
1. Menghadirkan generasi cemerlang, generasi yang kemilau cahayanya seperti para pendahulu kita menjadi suatu agenda yang urgent.
2. Jika masih ada yang bertanya “apakah mungkin?”, maka kita pantas bertanya balik “apa yang membuat tidak mungkin?”.
3. Potensi yang
dimiliki oleh para pendahulu kita sama dengan yang sekarang kita miliki. Potensi waktu sama 24 jam
4. Yang kita makan sama, kita juga punya otak yang sama, dan seterusnya. Bahkan Rasulullah Saw, mensinyalir ada reward pahala yang lebih besar
5a. Sabda beliau Saw: “Sesungguhnya di kemudian hari akan datang masa yang memerlukan kesabaran. Bagi orang yang memegang teguh agamanya ibarat memegang bara api.>>
5b. Orang yang melakukan sesuatu (yang diperintahkan) pahalanya setingkat dengan lima puluh orang biasa”.
5c. Para shahabat bertanya: “Orang biasa dari golongan kita atau dari golongan mereka?” Rasulullah menjawab, “Dari golongan kalian”. (HR Al-Bazzar dan Ath-Thabrani).
6. Meneladani para pendahulu kita yang pernah meraih cahaya kemenangan Islam bukan saja wajib, tapi juga penting.
7. Kalau mau disederhanakan generasi para penakluk itu memadukan dua simpul, yakni ‘simpul bumi’ dan ‘simpul langit’.
8. Untuk ‘simpul bumi’nya, jurus pertama: Dibutuhkan kesungguhan dan keseriusan. Artinya para sahabat dan para pendahulu kita selalu bersemangat dan bersegera sebagai bentuk kesungguhan dan keseriusan mereka.
9. Al-Qur’anul karim telah berbicara tentang keutamaan membangun semangat berprestasi dengan lafadz yang berbeda. Lihatlah firman Allah SWT QS. Ali Imran, 114.
10. Atau firman-Nya “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi (QS. Ali Imron, 133)
11. Ayat diatas dan ayat yang serupa telah menginspirasi para sahabat untuk terus menyalakan semangat membela dan memperjuangkan Islam,
12. Jurus kedua dari simpul bumi: Menempuh Kaidah Kausalitas. Artinya para pendahulu kita itu sangat paham akan sebuah hukum sebab akibat.
13. Jika ditunaikan sebabnya, maka akan muncul akibatnya. Coba perhatikan Muhammad Al-Fatih seorang penakluk Konstantinopel, beliau bukan seorang penakluk tanpa perhitungan.
14. Al Fatih selalu memperhatikan dan mempelajari strategi para pendahulunya dalam menaklukan Konstantinopel.
15. Sehingga membuatnya berpikir untuk menyempurnakan tawakal (kaidah kausalitas), hukum sebab akibatnya.
16. Al Fatih menganalisa apa saja kekuatan dan kelemahan pihak musuh serta upaya apa untuk bisa meruntuhkan tembok Konstantinopel.
17. Al Fatih menghitung Konstantinopel ada 330 benteng pertahanan berlapis-lapis yang sulit ditembus.
18. Dari analisanya tersebut maka harus dibuat senjata yang bisa menembusnya, yang akhirnya membuat senjata sebuah meriam yang bukan sembarang meriam.
19. Jurus ketiga dari simpul bumi: Menyempurnakan Aqliyah. Kita pernah punya Ibnu Sina (Avicenna), dia mengusai ilmu kedokteran, tapi ia pun mempelajari matematika, fisika, logika, dan ilmu metafisika.
20. Ada juga Al Biruni yang merupakan eksperimenter terhebat pertama di dunia Islam. Dari percobaan-percobaannya, ia menulis lebih dari 200 judul buku dgn total 13.000 halaman lebih.
21. Imam Syafi’i yang menjadi salah satu imam besar, ketika dia mempunyai pendapat sendiri tentang batasan wanita haid, masa ‘iddahnya kaum hawa.
22. Imam Ahmad disamping hafal Al-Qur’an semenjak kecil, beliau juga hafal banyak hadits. Kitabnya, Musnad Imam Ahmad, terdiri sekitar 40.000 hadits yang ditulis berdasarkan hafalannya.
23. Tengok kembali sejarah yang telah dicatat oleh Ibnu Taimiyah. Keluasan ilmu beliau dapat terlihat dalam penguasaannya terhadap fiqh, hadits, ushul, fara’id, tafsir, mantiq, kaligrafi, hisab, bahkan olahraga.
24. Jika sekarang yang lagi menekuni bidang ekonomi, maka jadilah ekonom Islam yang ideologis yang bisa menghancurkan paradigma sistem ekonomi dunia saat ini.
25. Jika ada yang konsen memahami peristiwa-peristiwa politik, maka jadilah seorang politikus (siyasiyin) yang handal.
26. Sedangkan untuk ‘simpul langit’, jurus pertama: menjaga ketaatan. Ketaatan kepada Allah adalah syarat mutlak yang harus dimiliki oleh para penakluk.
27. Meninggalkan ketaatan sama saja dengan berbuat kemaksiatan, maka sedikit saja perbuatan maksiat yang kita lakukan, akan membuat kita tertunda mendapat pertolongan Allah.
28. Ketaatan atau ketakwaan menjadi kunci kemenangan para pendahulu kita. Hal itu bisa kita simak saat salah seorang panglima Romawi mengadu kepada rajanya ketika kalah dengan pasukan Khalid bin Walid.
29. “Tuanku, tentara kita berperang dengan suatu kaum yang berpuasa pada siang hari dan beramal ibadah pada waktu malam. Mereka senantiasa mengerjakan kebaikan dan tidak melakukan kemungkaran.”
30. “Sedangkan tentara kita suka minum arak, melakukan zina, selalu ingkar janji, suka berbuat jahat, dan melakukan kezaliman. Karena itulah kita kalah”
31. Jurus kedua dari simpul langit: Amalan nafilah. Semakin dekatnya kita dengan Rabb kita, maka akan semakin mempermudah langkah kita
32. Karena Allah sudah berjanji kepada kita: “Bila seorang mendekat kepada-KU sejengkal maka Aku mendekat kepadanya sehasta, …(HR. Bukhari)
33. Kita yang bermimpi menjadi penakluk, masihkah kita abai terhadap amalan-amalan sunnah kita?
34. Masihkah kita enggan untuk bangun malam, bermunajat kepada Allah, mengadukan masalah kita kepada Allah, melaporkan kesulitan dakwah yang kita lakukan hari ini untuk dipermudah esok hari?
35. Jurus ketiga dari Simpul Langit: Menyempurnakan nafsiyah. Usaha dakwah kita tidak senantiasa mulus dan lurus, akan ada aral melintang yang melintas dan menguji keimanan kita.
36. Apa yang dibutuhkan saat seperti itu? Tetap istiqomah dan bersabar. Itu pula yang dicontohkan Rasulullah Saw kepada kita, saat beliau ditawari untuk meninggalkan dakwah.
37. Contoh kesempurnaan nafsiyah juga pernah ditunjukkan Thariq bin Ziyad ketika menaklukan Spanyol. Saat Thariq mengambil keputusan membakar seluruh kapal.
38. Itulah bentuk menyempurnakan ikhtiar dan tawakal kita agar menyusulkan nama kita di barisan para penakluk.
39. Perpaduan antara kedua simpul diatas, persis seperti bunyi sebuah pepatah arab “Ruhbaanun bil-laili, firsaanun binnahaar” Kalau malam seperti para rahib, di siang hari seperti singa.
40. Begitulah seharusnya generasi umat ini, kalau malam tak ubahnya seperti rahib, sedangkan kalau siang sungguh bagaikan singa.
41. Generasi sebelum kita mampu membuktikan resep yang memadukan dua kekuatan ikhtiar yang sungguh luar biasa tersebut.
Follow my twitter @LukyRouf
The MotiNaftor | Inspirator #SakinahCinta | Book Writer | Book Editor ||
e: si_emen2001atyahoo.com | pin: 2A292B89 | hp: 081330070660 | Bogor, Indonesia •
4. Yang kita makan sama, kita juga punya otak yang sama, dan seterusnya. Bahkan Rasulullah Saw, mensinyalir ada reward pahala yang lebih besar
5a. Sabda beliau Saw: “Sesungguhnya di kemudian hari akan datang masa yang memerlukan kesabaran. Bagi orang yang memegang teguh agamanya ibarat memegang bara api.>>
5b. Orang yang melakukan sesuatu (yang diperintahkan) pahalanya setingkat dengan lima puluh orang biasa”.
5c. Para shahabat bertanya: “Orang biasa dari golongan kita atau dari golongan mereka?” Rasulullah menjawab, “Dari golongan kalian”. (HR Al-Bazzar dan Ath-Thabrani).
6. Meneladani para pendahulu kita yang pernah meraih cahaya kemenangan Islam bukan saja wajib, tapi juga penting.
7. Kalau mau disederhanakan generasi para penakluk itu memadukan dua simpul, yakni ‘simpul bumi’ dan ‘simpul langit’.
8. Untuk ‘simpul bumi’nya, jurus pertama: Dibutuhkan kesungguhan dan keseriusan. Artinya para sahabat dan para pendahulu kita selalu bersemangat dan bersegera sebagai bentuk kesungguhan dan keseriusan mereka.
9. Al-Qur’anul karim telah berbicara tentang keutamaan membangun semangat berprestasi dengan lafadz yang berbeda. Lihatlah firman Allah SWT QS. Ali Imran, 114.
10. Atau firman-Nya “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi (QS. Ali Imron, 133)
11. Ayat diatas dan ayat yang serupa telah menginspirasi para sahabat untuk terus menyalakan semangat membela dan memperjuangkan Islam,
12. Jurus kedua dari simpul bumi: Menempuh Kaidah Kausalitas. Artinya para pendahulu kita itu sangat paham akan sebuah hukum sebab akibat.
13. Jika ditunaikan sebabnya, maka akan muncul akibatnya. Coba perhatikan Muhammad Al-Fatih seorang penakluk Konstantinopel, beliau bukan seorang penakluk tanpa perhitungan.
14. Al Fatih selalu memperhatikan dan mempelajari strategi para pendahulunya dalam menaklukan Konstantinopel.
15. Sehingga membuatnya berpikir untuk menyempurnakan tawakal (kaidah kausalitas), hukum sebab akibatnya.
16. Al Fatih menganalisa apa saja kekuatan dan kelemahan pihak musuh serta upaya apa untuk bisa meruntuhkan tembok Konstantinopel.
17. Al Fatih menghitung Konstantinopel ada 330 benteng pertahanan berlapis-lapis yang sulit ditembus.
18. Dari analisanya tersebut maka harus dibuat senjata yang bisa menembusnya, yang akhirnya membuat senjata sebuah meriam yang bukan sembarang meriam.
19. Jurus ketiga dari simpul bumi: Menyempurnakan Aqliyah. Kita pernah punya Ibnu Sina (Avicenna), dia mengusai ilmu kedokteran, tapi ia pun mempelajari matematika, fisika, logika, dan ilmu metafisika.
20. Ada juga Al Biruni yang merupakan eksperimenter terhebat pertama di dunia Islam. Dari percobaan-percobaannya, ia menulis lebih dari 200 judul buku dgn total 13.000 halaman lebih.
21. Imam Syafi’i yang menjadi salah satu imam besar, ketika dia mempunyai pendapat sendiri tentang batasan wanita haid, masa ‘iddahnya kaum hawa.
22. Imam Ahmad disamping hafal Al-Qur’an semenjak kecil, beliau juga hafal banyak hadits. Kitabnya, Musnad Imam Ahmad, terdiri sekitar 40.000 hadits yang ditulis berdasarkan hafalannya.
23. Tengok kembali sejarah yang telah dicatat oleh Ibnu Taimiyah. Keluasan ilmu beliau dapat terlihat dalam penguasaannya terhadap fiqh, hadits, ushul, fara’id, tafsir, mantiq, kaligrafi, hisab, bahkan olahraga.
24. Jika sekarang yang lagi menekuni bidang ekonomi, maka jadilah ekonom Islam yang ideologis yang bisa menghancurkan paradigma sistem ekonomi dunia saat ini.
25. Jika ada yang konsen memahami peristiwa-peristiwa politik, maka jadilah seorang politikus (siyasiyin) yang handal.
26. Sedangkan untuk ‘simpul langit’, jurus pertama: menjaga ketaatan. Ketaatan kepada Allah adalah syarat mutlak yang harus dimiliki oleh para penakluk.
27. Meninggalkan ketaatan sama saja dengan berbuat kemaksiatan, maka sedikit saja perbuatan maksiat yang kita lakukan, akan membuat kita tertunda mendapat pertolongan Allah.
28. Ketaatan atau ketakwaan menjadi kunci kemenangan para pendahulu kita. Hal itu bisa kita simak saat salah seorang panglima Romawi mengadu kepada rajanya ketika kalah dengan pasukan Khalid bin Walid.
29. “Tuanku, tentara kita berperang dengan suatu kaum yang berpuasa pada siang hari dan beramal ibadah pada waktu malam. Mereka senantiasa mengerjakan kebaikan dan tidak melakukan kemungkaran.”
30. “Sedangkan tentara kita suka minum arak, melakukan zina, selalu ingkar janji, suka berbuat jahat, dan melakukan kezaliman. Karena itulah kita kalah”
31. Jurus kedua dari simpul langit: Amalan nafilah. Semakin dekatnya kita dengan Rabb kita, maka akan semakin mempermudah langkah kita
32. Karena Allah sudah berjanji kepada kita: “Bila seorang mendekat kepada-KU sejengkal maka Aku mendekat kepadanya sehasta, …(HR. Bukhari)
33. Kita yang bermimpi menjadi penakluk, masihkah kita abai terhadap amalan-amalan sunnah kita?
34. Masihkah kita enggan untuk bangun malam, bermunajat kepada Allah, mengadukan masalah kita kepada Allah, melaporkan kesulitan dakwah yang kita lakukan hari ini untuk dipermudah esok hari?
35. Jurus ketiga dari Simpul Langit: Menyempurnakan nafsiyah. Usaha dakwah kita tidak senantiasa mulus dan lurus, akan ada aral melintang yang melintas dan menguji keimanan kita.
36. Apa yang dibutuhkan saat seperti itu? Tetap istiqomah dan bersabar. Itu pula yang dicontohkan Rasulullah Saw kepada kita, saat beliau ditawari untuk meninggalkan dakwah.
37. Contoh kesempurnaan nafsiyah juga pernah ditunjukkan Thariq bin Ziyad ketika menaklukan Spanyol. Saat Thariq mengambil keputusan membakar seluruh kapal.
38. Itulah bentuk menyempurnakan ikhtiar dan tawakal kita agar menyusulkan nama kita di barisan para penakluk.
39. Perpaduan antara kedua simpul diatas, persis seperti bunyi sebuah pepatah arab “Ruhbaanun bil-laili, firsaanun binnahaar” Kalau malam seperti para rahib, di siang hari seperti singa.
40. Begitulah seharusnya generasi umat ini, kalau malam tak ubahnya seperti rahib, sedangkan kalau siang sungguh bagaikan singa.
41. Generasi sebelum kita mampu membuktikan resep yang memadukan dua kekuatan ikhtiar yang sungguh luar biasa tersebut.
Follow my twitter @LukyRouf
The MotiNaftor | Inspirator #SakinahCinta | Book Writer | Book Editor ||
e: si_emen2001atyahoo.com | pin: 2A292B89 | hp: 081330070660 | Bogor, Indonesia •
Syukron, telah berbagi ilmu Akhi!
Semoga dapat istiqomah menggenggam bara islam dan memperjuangkan islam.