Keniscayaan Aqidah Sebagai Tameng Masa Depan
Posted by
Sang Revolusioner
on 15.53
0
komentar
Kepribadian, Sebuah Prolog
Ketika seorang wanita karier berangkat kantor jam 07 pagi dengan sepatu hak tinggi, atau ketika seorang laki-laki berdasi atau berpeci telah dianggap memiliki jati diri atau berkepribadian. Ketika banyak orang mengagumi seorang kyai karena dianggap mempunyai kepribadian islamy, maka sebenarnya saat itulah telah terjadi kerancuan dan kengawuran tentang apa itu kepribadian islamy. Masyarakat sudah ngawur dan manut katut ketika yang mengatakan "benar-salah" orang banyak maka didukung, atau "benar-salah" tadi dikatakan oleh seorang yang kadung di kagumi mempunyai kepribadian Islamy, padahal nyenggol aja tidak apalagi berkepribadian Islamy.
Sejatinya kepribadian bukanlah yang tampak di permukaan saja, menurut M. Ismail dalam kitabnya Fikrul Islamy, kepribadian tidak ada kaitannya dengan wajah, bentuk tubuh, kerapian busana dll. Setiap orang mempunyai kepribadian, dan manusia dapat dibedakan melalui kepribadiannya artinya kepribadian manusia itu dibentuk oleh dua elemen yakni pola pikir dan pola sikap, penampakan pola pikirnya dapat terefleksi ketika ia menentukan status perbuatan atau benda tertentu, apakah halal atau haram. Begitu pula pola sikapnya akan nampak responnya terhadap perbuatan atau benda tertentu, apakah ia mendekatinya atau menjauhinya, melakukannya atau meninggalkannya, mengkonsumsinya atau membuangnya ke tong sampah.
Kadang-kadang kita dapat membedakan kepribadian antara dua orang dengan jelas, kadang juga tidak. Satunya memakai jilbab, satunya tidak, satunya dermawan, satunya pelit selangit. Satunya sholatnya jangkep, satunya sholatnya setahun sekali. Kadang ada teman yang menganggap pacaran itu syah-syah saja, teman yang satunya menganggap pacaran itu sama dengan mendekati zina. Bagaimana dengan Ente?
Menuai terang di masa gelap
Di abad milenia ini telah terjadi pergolakan dan benturan bentuk-bentuk kepribadian, telah terjadi yang namanya aktivitas latah terhadap sebuah kepribadian. Ketika hampir semua orang mendewakan orang Barat sebagai percontohan tingkah laku dan pola sikap, telah jauh sebelum itu, Islam telah memiliki tameng untuk menatap masa depan. Jikalau tameng itu dipergunakan dengan baik, apalah artinya sebuah perubahan jaman bagi seorang muslim atau muslimah.
Tameng tersebut adalah aqidah, dan ternyata kepribadian yang dibentuk dari pola pikir dan pola sikap tadi punya sandaran/ landasan yang juga berupa aqidah. Dengan demikian yang menentukan pola sikap dan pola pikir tadi kuat-lemah, benar-salah adalah sangat tergantung dari sandaran atau aqidah apa yang dipakai, apakah Islam, Kapitalis, Sosialis.
Berbeda dengan memilih permen, memilih aqidah harus benar-benar jeli, harus memuaskan akal, menentramkan hati dan tentu saja harus sesuai dengan fitrah kita sebagai manusia. Sebab sekali kita salah memilih aqidah maka seumur-umur kita akan rugi dibelakangnya. Sebenarnya apa sich aqidah itu ? Aqidah atau azas dasar atau ideologi/ mabda' adalah pemikiran menyeluruh tentang alam, manusia dan kehidupan serta keterkaitan sebelum ketiganya muncul atau setelah ketiganya musnah.
Islam telah menjelaskan aqidahnya dengan sempurna, dalam kitabnya Nidzomul Islam, Ust Taqiyudin menjelaskan dengan gamblang apa itu aqidah Islam, ke-sahih-an aqidah Islam, kesesuaian aqidah Islam dengan fitrah manusia, serta membantah aqidah selain aqidah islam sebagai aqidah yang rusak. Aqidah islam menjelaskan bahwa sebelum alam, manusia dan kehidupan itu mewujud seperti yang kita lihat sekarang, Allah telah ada lebih dahulu sebagai Sang Pencipta sekaligus Pengatur, dan ketika alam, manusia dan kehidupan musnah Allah tetap Kekal/ eksis yang akan meminta pertanggung jawaban manusia di hari akhir nanti. Sehingga kita harus meyakini eksistensi Allah sebagai suatu yang bisa diterima oleh akal. Ketika Allah menciptakan ketiganya, Allah juga menetapkan aturan (hukum) sehingga manusia punya aturan yang jelas dari Tuhannya yang diambil dari kitab-kitab suci untuk mengatur segala aspek kehidupannya, mulai dari tidur sampai mau tidur kembali, Islam sudah mengatur.
Bagaimana dengan aqidah lainnya, apakah boleh dicoba-coba ?, aqidah bukan minyak wangi yang bisa dicoba disemprotkan kesana kemari. Aqidah lain selain aqidah Islam yakni kapitalis yang sekuler memandang bahwa memang Tuhan yang menciptakan alam, manusia dan kehidupan, akan tetapi setelah itu Tuhan diistirahatkan oleh orang sekuleris, Tuhan hanya boleh ada di masjid, gereja, ketika berdoa boleh disebut, tapi ketika mengatur kehidupan sehari-hari orang kapitalis yang sekuleristik mempunyai aturan sendiri. Akhirnya terjadilah beraneka ragam aturan, amburadul sesuai dengan kehendak manusia, dulu dianggap baik sekarang direvisi, di suatu negeri dianggap baik, belum tentu baik di negeri lainnya. Maka terjadilah aturan-aturan yang menyesuaikan dengan nafsu manusia akibatnya jatuhlah manusia pada derajat binatang, pergaulan bebas, free sex, insex, mafianis, rok mini, drug dll.
Manusialah yang berdaulat membuat hukum bagi dirinya, itulah kira-kira statemen orang kapitalis dan juga orang Sosialis, Allah hanya sebagai penonton an sich,bahkan kalau menurut orang Sosialis agama dianggap sebagai candu yang meracuni pemikiran manusia, maka manusia dilarang beragama. Gaya pemikiran semacam Karl Mark, Lenin, Stalin dll merupakan antitesa dari kapitalisme yang dianggap telah menciptakan kesenjangan antara si kaya si miskin, maka menurut pemikiran orang Sosialis di masyarakat telah terjadi class struggle, antara kaum borjuis dan proletar.
Khatimah
Dengan memahami perbedaan ketiga pondasi kepribadian tersebut, secara otomatis kita akan dapat membedakan pola pikir dan pola sikap yang dibentuknya. Jika yang dipakai untuk standar pola pikir dan pola sikapnya satu aqidah yaitu Islam maka akan muncul kepribadian Islam, tapi jikalau pola pikir mengambil aqidah Islam sedangkan pola sikap mengambil aqidah lain sudah pasti yang muncul bukan kepribadian Islam. Sekaligus dengan aqidah Islam itu pula kita juga bisa menilai apakah seseorang itu sekuler, kapitalis ataukah sosialis. Akhirnya keberadaan aqidah Islam sebagai satu-satunya asas bagi pola pikir dan pola sikap sebagai suatu yang tidak bisa diabaikan eksistensinya.
Bagi seorang muslim beraqidah adalah menjadikannya tolok ukur bagi pemikiran dan tingkah lakunya, tidaklah seorang muslim yang berkpribadian Islam jikalau masih mempunyai dua atau lebih aqidah selain aqidah Islam untuk standar berpikir dan bertingkah laku. Dengan begitu seorang generasi Islam yang bisa menatap masa depan, adalah yang bisa menuai terang dalam gelap artinya tetap konsistensi beraqidah Islam meski telah terjadi perubahan dari zaman ibu hawa ke zaman siti nurbaya sampai zaman siti nurhaliza. Maka nyatakanlah tiada Tameng selain Aqidah Islam pasti kamu Menang, Senang, Riang dan Girang. Amiin.
0 komentar
Leave a Reply