Rizki & Ajal Back To Allah
Posted by
Sang Revolusioner
on 15.58
0
komentar
Antara "Kondisi" dan Sebab
Mungkin sudah menjadi hal yang umum atau sangkaan banyak orang, bahwa kematian dan rizki sebab datangnya adalah banyak hal. Wajar, hal seperti itu terjadi disamping karena lemahnya pemahaman mereka terhadap Islam, tapi juga salahnya mereka ketika memahami fakta sebenarnya dari datangnya ajal (kematian) dan rizki kepada manusia.
Kalau dipahami faktanya, datangnya rezki dan mati seperti yang disangka banyak orang adalah dengan berbagai sebab, maka sebenarnya itu hanyalah "kondisi" atau keadaan atau peristiwa yang mendatangkan rizki atau ajal. Dimana suatu kondisi/keadaan/ peristiwa tertentu yang "kebetulan" mendatangkan ajal atau rizki. Sebab kalau kondisi tadi dikatakan sebagai sebab datangnya rizki atau ajal maka setiap kondisi-yang menurut mereka bisa mendatangkan rizki atau ajal-pasti akan menghasilkan sesuatu keadaan/kondisi pada mati atau rizki tadi. Nah, pada faktanya tidak demikian, tidak setiap kondisi atau peristiwa atau usaha itu, mendatangkan rizki atau ajal, hanya secara kebetulan ketika seseorang mengusahakan suatu kondisi tadi, datanglah rizki atau ajal, tapi sekali lagi itu bukan sebab datangnya rizki atau ajal.
Pemahaman ini urgen sekali untuk dipahami oleh kaum muslimin. Sebab dengan sangkaan bahwa "kondisi" itulah sebab datangnya rizki atau ajal, maka ketika seseorang berusaha keras menciptakan "kondisi" tertentu, kemudian tidak datang rizki baginya maka sikap atau keimanan dia akan berubah terhadap Allah SWT. Oleh karena itu perlu dijelaskan bahwa rizki dan ajal sebab datangnya hanya satu dari Allah.
Postulat Kausalitas
Hukum sebab-akibat atau hukum alam menunjukkan bahwa setiap sebab pasti akan menghasilkan akibat atau sebaliknya akibat/musabab terjadi karena ada sebabnya. Begitupula, dengan ajal dan rezki adalah akibat/musabab dan keduanya datang karena ada sebabnya, dan sebabnya hanya satu yaitu Allah, sedangkan kondisi atau keadaan yang diusahakan manusia hanya wasilah atau perantara bukan sebab datangnya rizki atau ajal. Sebab kalau "kondisi" tadi dikatakan sebab pasti setiap usaha akan menghasilkan akibat, tapi nyatanya tidak demikian.
Seorang muslim wajib meyakini dengan pasti bahwa rizki itu berasal dari sisi Allah SWT, bukan berasal dari manusia, dan bahwa setiap keadaan (usaha) yang biasanya mendatangkan rizki tidak lain adalah kondisi tertentu yang berpeluang menghasilkan rezeki. Tetapi ia bukan merupakan sebab datangnya rezeki. Apabila usaha dianggap sebagai sebab, maka setiap usaha pasti akan menghasilkan rezki. Padahal kadang-kadang "kedaan" usaha itu telah diupayakan, tetapi rezeki tidak datang. Ini menunjukkan bahwa usaha bukan merupakan sebab, melainkan hanya berupa cara/usaha untuk memperoleh rezki.
Demikian pula, dengan kematian. Kadang-kadang ditemukan adanya keadaan yang mematikan tetapi kematian tidak terjadi, dan terkadang ditemukan kematian tanpa didahului oleh suatu keadaan. Memang banyak hal/kasus yang dapat menghantarkan kepada kematian, tetapi hubungan keduanya itu tidak bisa dijadikan postulat kausalitas, karena ada suatu peristiwa berbahaya itu terjadi tapi tidak mengakibatkan kematian. Dan sebaliknya, kematian bisa datang tanpa didahului oleh suatu peristiwa/kasus "kematian".
Nah, andaikan suatu peristiwa/keadaan/kondisi dikatakan sebab tentu akan menghasilkan akibat pada kematian atau rezki secara pasti, dan tidak ada sebab lainnya kecuali peristiwa atau kondisi tadi. Tapi faktanya tidak demikian, fakta justru berbicara bahwa hal itu tadi adalah hanya "kondisi" saja, sedangkan sebab kematian dan rezki hanya satu dari sisi Allah. Allah tidak memberikan informasi kepada kita kapan kita akan mati atau berapa kita dapat rezki berupa harta, hal seperti itu diluar jangkauan manusia untuk mengetahuinya, karena berada diluar jangkauan indera manusia itulah, maka manusia harus mencari petunjuk dari Allah SWT tentang masalah ini. Artinya, manusia tidak tahu kapan dia mati atau dapat rezki tapi manusia harus yakin bahwa sebab datangnya rezki atau ajal adalah satu dari sisi Allah, dan berita tentang itu harus datang dari Allah, misalnya tentang Rezki Allah berfirman "Allahlah yang menciptakan kamu, kemudian memberikan rezki" (terj. Qs. Ar-Ruum 40)
"Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka" (terj. Qs. Al-An'am 151)
"(dan) tidak ada satu binatang melata pun di bumi melainkan Allah yang memberi resekinya" (terj. Qs. Huud 6)
Ayat-ayat tersebut diatas atau ayat yang lain amat jelas dan harus diyakini kebenarannya bahwa rezki semata-mata berasal dari sisi Allah, bukan dari yang lain.
Adapun tentang ajal atau kematian, Allah juga telah berfirman :
"Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah sebagai ketetapan yang tertentu waktunya" (terj. Qs. Al-Imron 145) " … Tuhanku ialah Yang Menghidupkan dan Yang Mematikan" (terj. Qs. Al-Baqarah 258)
"Maka jika telah datang batas waktunya (ajal), mereka tak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat memajukannya" (terj. Qs. Al-A'raf 34).
Semua ayat diatas dan banyak lagi ayat yang lainnya, menunjukkan sesungguhnya sebab datangnya kematian adalah sampainya ajal (dari sisi Allah), bukan berupa "keadaan/kondisi" yang dapat menghantarkan pada kematian.
Apa yang dilakukan Manusia
Meski, rezki datangnya dari Allah bukan berarti manusia berserah diri, berpangku tangan tidak mencari rezki. Tapi Allah SWT, telah memerintahkan hamba-Nya untuk berupaya melakukan berbagai macam pekerjaan telah diberikan (oleh Allah) pada diri mereka kesanggupan untuk memilih dan melaksanakan cara/usaha yang biasanya mendatangkan rezeki. Merekalah yang harus mengusahakan segala bentuk cara/usaha yang dapat menghasilkan rezeki dengan ikhtiar mereka, akan tetapi bukan mereka yang mendatangkan reseki, sebagaimana dijelaskan ayat-ayat diatas bahwa hanya Allah yang mendatangkan rezeki, justeru dengan meyakini seperti, dia akan bertambah iman atau yakin bahwa manusia itu lemah dan membutuhkan kepada sesuatu yang lebih kuat dari manusia yaitu Allah sebagai pengatur Alam ini.
Ajal pun demikian, tidak berarti setelah kita tahu bahwa ajal datangnya dari Allah, kemudian kita berserah diri, untuk tidak melakukan apa-apa karena semuanya telah Allah tetapkan. Bukan seperti itu, bahwa Allah telah memberi jalan atau pilihan kepada manusia, mau memilih jalan baik atau jalan buruk dalam menuju kematian, tapi dengan satu keyakinan bahwa ajal pasti akan datang, dan tidak tahu kapan datangnya. Yang seperti ini, justru akan menambah kita yakin bahwa ada yang mengatur di balik keteraturan alam dan kehidupan ini, maka Dialah yang wajib kita imani yaitu Allah. (LBR)
0 komentar
Leave a Reply