1. Hoby Membaca
Membaca
tentu bukan asal baca, apalagi membaca apa saja. Kita perlu menetapkan skala
prioritas apa yang kita baca sesuai dengan kebutuhan kita. Misalkan Anda
seorang muslim, dalam satu bulan minimal tiga jenis buku yang perlu dibaca.
Buku tentang keagamaan, buku sesuai dengan latarbelakang pendidikan dan buku
yang sesuai dengan minatnya. Dengan skala prioritas tersebut otak kita tidak
dijejali beragam informasi yang justru membuat kita pusing, tapi informasi yang
sesuai dengan kebutuhan kita sebagai seorang penulis nantinya.
2. Suka Kliping
2. Suka Kliping
Kliping
tak hanya soal gunting menggunting koran. Jaman sekarang, kliping bisa berupa
data digital. Yah, semua orang tahu, kita tinggal mengunduh materi-materi
sesuai dengan kebutuhan kita melalui jejaring dunia maya. Ingat, jangan
terjebak untuk mengoleksi banyak informasi yang sebenarnya tidak kita butuhkan.
Sekali lagi tetapkan prioritas untuk mengkoleksi informasi sebaga bahan mentah
untuk karya yang akan kita buat kelak. Kliping gunanya hanyalah untuk menambah
khasanah karya kita, yang paling penting tetap orisinalitas ide kita dalam
sebuah karya.
3. Miliki Diary
3. Miliki Diary
Diary
(catatan harian) perlu dimiliki oleh (calon) penulis. Diary akan melatih orang
untuk jujur pada diri sendiri. Menuliskan sepenggal goresan spontanitas apa
yang dirasakan. Kelak menulis secara jujur akan sangat berguna bagi karier
kepenulisan. Sebab, bisa mengantarkan penulis untuk menulis dengan hati. Yah,
harapannya ketika orang menulis dengan hati, pesannya akan sampai ke hati juga.
Mulia sekali bukan penulis yang seperti ini.
4. Punyai Buku Sakti
Berbeda
dengan diary. Buku sakti adalah bank data. Berisi kutipan buku-buku yang pernah
kita baca, hasil-hasil penelitian dan juga momen-momen penting yang terjadi di
dunia. Untuk apa buku sakti ini perlu kita miliki? Yah, seperti papatah
mengatakan the palest ink is better than the best memory (tinta yang kabur
sekalipun masih lebih baik daripada ingatan yang tajam). Ketika kita ingin
menulis sebuah karya, untuk memperkaya khasanah kita tinggal membuka bank data
tersebut. Misalnya ketika akan menulis artikel berjudul “Televisi itu Candu”,
untuk memperkayanya, kita tinggal membaca rangkuman dan kutipan buku terkait
televisi yang pernah kita baca beserta hasil-hasil penelitian terkait
dengannya. Adanya buku sakti ini sebenarnya adalah usaha sebuah manajemen
karier kepenulisan agar lebih tertata dengan baik.
5. Bikin Blog
5. Bikin Blog
Blog
ibarat tabungan karya. Memang lebih bagus kalau blog kita itu spesifik dalam
arti wadah menuliskan hal-hal yang tidak beragam. Satu tema saja. Dengan
begitu, ketika kita menuliskan karya dalam blog kita, sesungguhnya adalah
sedang menabung. Kita menabung karya yang punya potensi kelak disulap menjadi
sebuah buku. Selain itu, memiliki blog juga bisa sebagai ajang latihan kita
dalam menuliskan karya. Disana tulisan kita akan mendapat respon dari pembaca.
Dengan demikian menjadi sebuah pembelajaran dan masukan tersendiri agar kelak
kita bisa berkarya lebih baik lagi.
6. Gabung Milis Kepenulisan
Milis
adalah forun diskusi di dunia maya. Kita bisa mengikutinya, banyak sekali milis
tentang dunia kepenulisan. Misalnya milis terbesar kepenulisan seperti penulislepas@yahoogroups.com,
forum_lingkarpena@yahoogroups.com, apresiasi-sastra@yahoogroups.com dsb. Dengan
bergabung dengan milis kepenulisan, kita bisa mendapat banyak informasi yang
mendukung karier sebagai penulis seperti kiat-kiat kepenulisan, bedah karya
maupun beragam informasi lomba kepenulisan di mana kita juga bisa berkiprah di
dalamnya.
7.
Kunjungi Perpustakaan dan Toko Buku
Kemana
orang berlibur? Bisa ke pantai, mall, tempat-tempat wisata dsb. Tapi bagi orang
yang ngebet pingin jadi penulis, liburan bisa digunakan untuk mengunjungi
perpustakaan. Disana kita bisa refresing sekaligus menambah wawasan bagi otak
kita. Ke toko buku juga perlu, selain kita bisa membaca sekilas buku-buku yang
ada. Kita juga bisa mendapatkan inspirasi judul-judul buku yang laris manis di
pasaran. Selanjutnya, kita berharap bisa memunculkan karya atau buku-buku yang
digemari masyarakat pula.
8. Datangi Acara Kepenulisan
Penting
sekali yang ini. Dengan mendatangi acara kepenulisan, terutama acara bedah
buku, kita akan banyak mendapatkan ilmu. Biasanya adalah ilmu tentang proses
kreatif sang pengarang buku. Bagaimana lika-likunya, mulai dari mendapatkan
inspirasi, proses penulisan, mencari penerbit, sampai menyaksikan bukunya bisa
dibaca orang lain dan barangkali bisa best seller, dicetak berulang-ulang.
Dengan mengetahui cerita tersebut, kita juga bisa melakukan hal yang sama.
Menjadi penulis “hebat”. Tentu dengan cara yang berbeda.
9.
Ikuti Komunitas Kepenulisan
Ikut
komunitas kepenulisan itu perlu. Dengan mengikuti komunitas kepenulisan kita
bisa berbagi pengalaman dalam berkarya. Begitu juga bisa saling memberikan
kritikan dan masukan pada karya yang dibuat anggota. Dengan begitu akan matang
sebelum karya benar-benar dikirimkan ke berbagai media maupun penerbit. Dengan
ikut komunitas pula akan memberikan semangat kepada kita untuk berkarya.
Biasanya kita akan terpacu dan bersemangat berkarya ketika ada salah satu
anggota yang karyanya bisa tembus ke media massa maupun bukunya diterbitkan.
10. Angkat Mentor Inspiratif
10. Angkat Mentor Inspiratif
Siapa
mentor inspiratif itu? Dia adalah penulis favorit kita. Kita perlu mengangkat
mentor walaupun tanpa kontak dengannya. Cukup kita mengakrabi karya-karyanya.
Mentor ini gunanya dalam soal gaya menulis maupun bercerita. Bukan hal yang
haram ketika kita mengikuti gaya menulis seseorang. Yang penting kita tetap
punya ide orisinil tersendiri. Adanya mentor yang kita angkat sendiri ini akan
membantu kita. Misalnya, akan menulis novel inspiratif, kita perlu mengangkat
Paulo Choelo sebagai mentor. Ini sekedar contoh saja. Jadi karya kita nantinya
berbau karya dia dalam soal gaya kepenulisan.