Kudengar Kau Goyah


Sahabat, atas sebuah berita yang sampai kepadaku, kudengar kau goyah. Kau goyah atas pilihan yang sebelumnya telah mantap kau pilih. Aku sadar, kau bukan karang, tapi tidak berlebihan jikalau kau tetap tegar berdiri disana, diatas pilihan yang telah kau pilih.

Sahabat, atas pilihan yang telah kita pilih mengandung dua konsekuensi, yakni resiko dan pertanggung jawaban. Dimanapun kita berada harus siap berhadap-hadapan dengan resiko. Hidup ini ibarat berjalan di jalan raya. Jika kita memilih jalan kaki di sisi trotoar, berharap aman dari celaka, tapi nyatanya kita bisa tersandung, terantuk. Jika kita memilih jalan dengan berkendara di jalan yang sepi, tapi nyatanya kita masih saja bertemu aral, rintang. Itulah hidup sahabat, sekalipun kita memilih ‘comfort zone’, akan ada saja resiko yang harus kita hadapi.

Sahabat, selain resiko kita juga akan berhadapan dengan pertanggungjawaban atas pilihan kita. Pertanggungjawaban kita itu meminta kita seperti seorang kstaria. Karena kita telah memilih maka kita harus konsekwensi terhadap pilihan kita dengan tidak berlari dari laga, dengan kata lain, kita tidak boleh menyerah sebelum bertanding. Ketika kalah dalam berlaga pun kita akan bersikap kstaria, tidak mendendam, melainkan menuai hikmah dibalik kegagalan di laga.

Sahabat, kita bukan lagi kanak-kanak, yang merengek, meminta untuk dilindungi dan diselesaikan masalahnya. Sebagai bentuk kedewasaan kita, beranilah menghadapi resiko dan berani bertanggung jawab terhadap pilihan kita. Keberanian kita itulah bentuk kesungguhan kita terhadap pilihan yang telah kita pilih. Kita tidak sedang bermain, tapi kita sedang menghadapi hidup yang selalu membawa serta resiko.

Sahabat, berhentilah mengeluh dan menangis atas sebuah ujian yang menimpa. Kita memang tak setegar mentari, kita memang tak sewangi melati, tapi kita tetap harus tegar dan mewangi menghadapi hidup yang telah kita pilih ini. Bukankah untuk menaiki tangga yang lebih tinggi, kita butuh tenaga? Bukankah untuk naik level yang lebih tinggi, kita akan diuji?

Sahabat, siagakanlah diri dengan menyiapkan bekal menghadapi ujian-Nya. Kita hanya perlu tameng dan diri yang tegar, setegar karang di lautan. Saat itulah dengan tegas kita mengatakan kepada diri kita “Inilah hidupku, inilah pilihanku”.

3 komentar

  1. Unknown says:

    sungguh sangat menginspirasi....
    ijin share bila berkenan ..... :)

  2. mangga silahkan, tafadhal :)

  3. Brokolisz says:

    ana juga izin share Ustadz...! :)

Leave a Reply

Hak Cipta Hanya Milik Allah lukyrouf.blogspot.com Dianjurkan untuk disebarkan Designed by lukyRouf