Pada dasarnya, membuat skenario tak jauh berbeda dengan menulis cerpen, novelet maupun novel. Sama-sama memiliki sebuah bahan dasar, yaitu : Ide atau gagasan cerita atau bolehlah kita katakan, "premis."
Ide atau gagasan sebuah cerita menjadi sebuah dasar atau jiwa dari cerita itu sendiri. Yang membedakan antara skenario dan bentuk tulisan yang lainnya hanyalah dari struktur dan tetek bengeknya saja.
Sebuah cerita yang bagus, tanpa premis yang kuat akan terasa hambar. Premis dalam sebuah skenario biasanya lebih difokuskan pada tokoh utama. Premis kadang dianggap pula sebagai sebuah KONSEP, konsep sentral atau ide cerita dalam penulisan skenario.
Sebagai contohnya begini dan biar gampangnya, saya ambil contoh DIVA saja yang diterbitkan oleh LPPH, yang ceritanya akan dibuat skenario.
Premisnya : Bagaimana seorang ibu yang ingin anaknya menjadi seorang bintang demi mengikuti ambisi masa lalunya yang tertunda, sementara si anak sebenarnya tidak mau menjadi bintang.
Premis biasanya diarahkan dalam konflik. Dalam konflik DIVA ada dua pilihan. Terus menjadi bintang demi ibunya atau dia menolak mentah-mentah dengan segala resikonya.
Nah, dari contoh di atas, premis atau ide cerita yang sederhana itu mengarah pada dua konflik dalam diri tokoh utama. Dari sinilah skenario mulai berproses dengan bagan yang biasa kita kenal :
BASIC IDEA -- BASIC STORY -- SINOPSIS -- TREATMENT -- SKENARIO
Premis mengarah menjadi basic idea (BI), yang merupakan gagasan lebih lanjut dari premis terhadap skenario yang akan kita buat. Dalam BI ini belum ada gambaran tentang cerita, tokoh bahkan adegan demi adegan yang akan kita buat. BI saya anggap perlu, karena ini diperlukan untuk menjaga agar arah cerita tetap berada di jalannya.
Contoh BI yang kita angkat dari premis di atas :
Pada saat ini, begitu banyaknya pemilihan bintang iklan, menjadi penyanyi, menjadi bintang sinetron, menjadi model yang banyak ditayangkan di televisi. Semua berlomba mendapatkannya. Lalu kadang, bila salah satu gugur, akan terjadi saling peluk antara laki-laki dan perempuan, kadang pula saling cium pipi dengan bertangisan entah pura-pura atau benaran. Kadang, ada orangtua yang memaksakan kehendaknya agar anaknya menjadi bintang.
Nah, dari sini kita sudah bisa membayangkan arah skenario yang akan kita buat. Tapi kita belum memiliki acuan yang nyata, bahkan cerita secara garis besarnya pun belum kita punya.
Berangkat dari BI, kita mengarah pada Basic Story (BS). Di dalam BS inilah kita mencoba membuat arahan cerita yang sedikit lebih jelas. Terutama tentang tokoh utama, tokoh pembantu dan tokoh-tokoh lainnya yang diperlukan. Juga kemana arah cerita yang akan kita buat.
Contoh BS kita angkat dari BI
Diva (17 tahun), siswi SMU kelas 2, lebih suka berlatih karate atau naik gunung dari pada menjadi seorang bintang. Tetapi ibunya terus memaksa. Ibunya ingin memenuhi ambisi masa lalunya yang tertunda karena telah dilarang oleh orangtuanya. Diva terpaksa mau menuruti keinginan ibunya demi menyenangkan ibunya, walau dia harus menekan rasa tidak sukanya. Nora, sepupu Diva, ternyata meledek dan menghina ibu Diva yang dianggap miskin. Nora sendiri merasa yakin dia akan menjadi bintang. Diva yang awalnya tidak mau menjadi bintang, akhirnya berusaha keras untuk menjadi bintang. Berhasilkah Diva? Apa yang akan diperbuat Nora?
Nah, secara sederhana BS sudah kita dapatkan. Kita bisa mendapatkan arahan cerita yang lebih lengkap dari sebelumnya.
Setelah BS kita lalui, kita mulai membuat sinopsis. Berbeda dengan sinopsis cerpen atau buku, sinopsis skenario harus dibuat jauh lebih lengkap. Dalam sinopsis skenario, urutan cerita sudah mulai terbentuk, meski belum final. Fungsinya, bila kita hendak mempresentasikan kita sudah punya gambaran utuh cerita.
Biasanya dalam sinopsis diutamakan menceritakan :
- tokoh utama dan tokoh pembantu
- peristiwa dan waktu kejadian
- main story dan side story
- motivasi tokoh
- hambatan-hambatan yang dialami tokoh utama
- jalan keluar dari setiap masalah dan hambatan serta apa yang dilakukan para tokoh
- ending atau penutup dari akhir cerita
Gimana? Cukup mudah, kan? Sekali lagi, saya katakan, pembelajaran ini untuk penulis skenario pemula.
Oke, kita lanjutkan lagi, sekarang kita masuk tentang treatment.
Yang dimaksud dengan treatment adalah sebuah arah atau sketsa yang lebih jelas untuk menuju ke skenario. Di sini susunan cerita sudah terbentuk secara nyata, dimulai dari awal cerita sampai akhir, pergerakan tokoh, kejadian demi kejadian dikemukakan dengan jelas. Sehingga dramatik cerita nampak nyata dan tidak kabur.
Dalam menulis treatment, dialog sama sekali belum dibuat, karena treatment adalah arahan scene by scene yang menceritakan apa yang terjadi dan bagaimana kelanjutan dari scene by scene menuju ending.
Treatment diperlukan, karena selain kita sudah dapat menangkap dan menilai daya tarik cerita secara utuh (juga memudahkan untuk mengoreksinya sebelum membuat skenario), dalam presentasi pun kita dengan mudah menceritakan apa yang ingin kita buat.
Kita harus pahami dulu tentang segala teknis penulisan skenario.
Tentang Setting.
Biasanya di tulis EXT atau INT (Exterior atau Interior) yang menandakan di mana kejadian yang kita tulisan itu terjadi.
Lalu ada tempat yang akan kita tuliskan. Hingga jadinya.
01. Ext - Ruang Kelas
Tentang waktu
Ini perlu dilakukan untuk mengingatkan, kapan kejadian itu terjadi. Hingga jadinya begini :
01. Ext - Ruang Kelas - Pagi
Tentang Pemain
Ada juga skenario yang memerlukan pemainnya dituliskan, dengan maksud, agar yang membaca segera tahu siapa yang bermain dari scene by scene, hingga ketika membuat breakdown, astrada tidak kesulitan lagi untuk mengetahui siapa pemainnya. Tapi tidak semua menerapkan gaya seperti ini.
01. Ext - Ruang Kelas - Pagi
Pemain : Titi, Imel, Agus
Keterangan :
01. Menunjukkan scene pertama, untuk selanjutnya, 02 - ...
Ext. Menunjukkan keterangan di luar
Ruang Kelas. Menunjukkan keterangan ruang kelas, karena ada Ext, maka kejadian itu berada di luar ruang kelas. Bila berada di dalam, maka akan ditulis Int.
Pagi. Menunjukkan kapan peristiwa itu terjadi.
Hal teknis lainnya adalah seputar tetek bengek soal skenario. Misalnya, Cut To. Intercut, dissolve, Voice Over dan lainnya yang dengan mudah bisa kita pelajari. Untuk teknis yang ini silakan membaca buku-buku panduan skenario yang sudah ada.
Yang saya inginkan dalam pembelajaran ini, adalah sisi yang mudah dan sederhana tanpa diribetkan oleh masalah-masalah teknis. Jadi pointnya tetap :
BASIC IDEA -- BASIC STORY -- SINOPSIS -- TREATMENT -- SKENARIO
Sumber: Dokumen FLP
Benar, menulis skenario saya rasa lbh rumit karena kita di tuntut untuk mengetahui istilah-istilah dalam kepenulisan skenario. Namun ada enaknya, menurut saya, klo nulis skenario itu lbh cepat daripada cerita panjang, atu fiksi lainnya. Coba deh,
makasih gan,...
harga laptop asus
ijin kopas artikelnya gan
harga tv led
bagus nihn gann
resep ayam
blogwalking malam gan
cerita lucu