Sob, sebelum membaca tulisan saya kali ini, saya ingin kasih catatan dulu, biar sebelum, ketika maupun sesudah membaca tulisan ini jadi enak, nggak salah paham dan bisa termotivasi. Catatan itu antara lain:
- Tentang kata “Ajaib”
Jangan salah dengan yang saya maksud dengan kata keajaiban di tulisan ini. Ajaib disini maksudnya bukan sesuatu yang seperti mantra sulap, tapi memang ada sebuah rahasia yang Allah janjikan kepada orang-orang yang akan, siap untuk menikah.
- Tentang kata “7”
Saya memilih kata tujuh dengan alasan tertentu, yang mungkin nggak perlu saya sebutkan disini. Tapi sebenarnya kalo berbicara fakta, kata 7 itu mungkin terlalu sedikit untuk mewakili keajaiban Allah dalam pernikahan.
- Tentang kata “Istri”
Istri yang saya maksud disini, adalah bukan sembarang istri. Sebenarnya saya mau kasih judul “7 Keajaiban Beristri Sholihah”, tapi “Sholihah” sengaja saya sembunyikan, biar pembaca mendapatkannya ketika bener-benar membaca tulisan ini hingga usai.
- Untuk siapa tulisan ini?
Wa bil khusus sebenarya tulisan ini untuk mereka yang belum merit pastinya. Buat yang belum merit, tapi belum ketemu jodohnya, sabar aja, sengaja memang saya nggak membahasnya disini. Buat yang sudah dapat jodohnya, ayo bersama-sama mewujudkan keajaiban Allah itu. Tapi tulisan ini pun juga untuk yang sudah merit, siapa tahu bisa jadi bahan koreksian rumah tangga kita selama ini. Kalo selama ini kita berumah tangga belum mendapatkan keajaiban Allah, maka jangan pernah salahkan Allah, kita yang mungkin kurang bisa dan mampu berusaha untuk menggapai keajaiban itu. Ingat, keajaiban pernikahan itu bukan hadiah gratis, tapi perlu usaha untuk mendapatkannya. Nah, seberapa besar upaya kita untuk mendapatkanya?
Ok, sob daripada berlama-lama, mending langsung kita kupas aja 7 Keajaiban Beristri, cekidot:
1. Allah bakal hadir sebagai penolong kita.
Rasulullah saw menyampaikan haditsnya (yang artinya): ”Ada tiga golongan manusia yang berhak Allah tolong, mereka yaitu seorang mujahid fi sabilillah, seorang hamba yang menebus dirinya supaya merdeka dan seorang yang menikah karena ingin memelihara kehormatannya”. (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Hakim).
Secara tersurat hadits itu menyebutkan “seorang yang menikah karena ingin memelihara kehormatannya” yang bakal bisa merasakan invisible hand-nya Allah. Kayaknya disini ada semacam syarat (“karena ingin memelihara kehormatannya”) yang harus dipenuhi agar pertolongan Allah itu datang. Untuk bisa sampe pada “memelihara kehormatan”, sepertinya kita musti flash back lagi niat atau motivasi kita menikah itu apa.
Bahkan kaitannya dengan niat ini merupakan perkara fundamental alias mendasar banget, sebelum melakukan aktivitas apapun, termasuk married. Untuk itu, Islam udah menerangkan apa yang seharusnya diniatkan oleh seseorang ketika ingin melangsungkan kehidupan suami-isteri. Secara umum, seorang muslim kudu meniatkan aktivitasnya secara Ikhlas karena Allah. Firman Allah (yang artinya): “…mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus” (QS. Al-Bayyinah 5).
Sementara itu, dalam sebuah hadits Rasulullah saw pernah menuturkan motivasi seseorang menikah ada 4 perkara: “Wanita itu dinikahi karena empat perkara: karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya, karena agamanya. Pilihlah olehmu wanita yang beragama, niscaya kamu akan bahagia” (HR. Bukhari dan Muslim).
So, jelas bin gamblang banget kalau kita menikah musti didasarkan pada niat yang ikhlas dan motivasinya agama. Pastikan aja, kalau niat kita ikhlas dan motivasi kita memilih dia untuk jadi suami atau isteri kita, karena pilihan agamanya, bukan yang lain.
Jadi siapa aja mau yang nikah dalam rangka untuk memelihara kehormatannya, maka nggak ada cara lain kecuali memilih istri (atau suami) yang shalih alias karena agamanya dan ikhlas karena niat ibadah kepada Allah. Kalau udah seperti itu, maka siap-siap aja bakal dapat garansi miracle pertolongan dari Allah, Insya Allah amin.
2. Keajaiban yang dijanjikan adalah “kekayaan”
Dalam Al-Qur’an disebutkan: ”Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (Pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui”. (QS. An Nuur : 32).
“Bagi kalian Allah menciptakan pasangan-pasangan (istri-istri) dari jenis kalian sendiri, kemudian dari istri-istri kalian itu Dia ciptakan bagi kalian anak cucu keturunan, dan kepada kalian Dia berikan rezeki yang baik-baik” (Qs. An Nahl (16) : 72).
Mungkin banyak yang sangsi banget kalau menikah bisa bikin kaya. Umumnya, kita bisa kaya karena bekerja, dapat warisan, rejeki nomplok, dan sejenisnya. Nah.. ini menikah koq bisa kaya seh? Gimana ceritanya?
Boys en Gals, sebenarnya ini nggak bisa diceritakan terlalu detail, pasalnya kaya pasca menikah itu kadang rumit kejadiannya, hampir-hampir nggak tahu prosesnya dulu gimana, tahu-tahu kita punya sesuatu yang dulu mungkin saat masih jomblo, sesuatu itu nggak terbeli. Itulah keajaiban menikah.
Tapi yang jelas, seorang suami ketika menikah ada kewajiban untuk menghidupi keluarganya. Maka mau nggak mau, kita harus bekerja banting tulang, peras keringat, jungkir balik, wis pokoke kita bekerja dapat uang trus dibawa pulang. Nah, ada hal yang super puenting banget dalam hal ini, bahwa berkeluarga itu bukan rejekinya seorang suami diperebutkan untuk isteri dan anak-anaknya, tapi Allah ngasih masing-masing dari kita rezeki. Artinya, menikah itu menghimpun rezeki suami, rezeki isteri, dan rezeki anak, apalagi kalau anaknya lebih dari satu, maka kumpulan riskinya jadi tambah banyak deh.
Itulah kenapa kita kadang nggak nyangka, pas kita jomblo nggak bisa beli motor tapi pas udah married, bisa punya sepeda motor atau bahkan mobil. Sungguh, rizki, jodoh dan maut, emang benar-benar rahasia alias miracle dari Allah. Subhannallah…
Oya Pren, kita perlu kasih masukan neh. Soal cukup nggak cukup nafkah materi untuk menghidupi keluarga kita, itu tergantung pada benar atau tidaknya kita menempatkan antara kebutuhan (need) dengan keinginan (want). Syekh Taqiyudin dalam kitabnya Nidzamul Iqtishadi fil Islam di bab pengantarnya mengomentari tentang cara pandang orang kapitalis mengenai kebutuhan. Menurut beliau, orang Kapitalis-sekular nggak bisa, atau salah menempatkan antara kebutuhan (need) dengan keinginan (want). Kebanyakan orang menyamaratakan antara kebutuhan dan keinginan. Padahal sebenarnya antara keduanya berbeda. Kalau yang namanya “kebutuhan”, harusnya untuk menyebut kebutuhan pokok (al hajatul asasiyah) yakni sandang, pangan dan papan. Sementara kalau “keinginan” bisa untuk menyebut al hajatul kamaliyah (kebutuhan sekunder), dan al hajatul dharuriah (kebutuhan tersier). Sebenarnya kalau kita mau jeli, yang namanya kebutuhan (pokok) itu sangat terbatas, tapi kalau keinginan (want) emang nggak ada batasnya.
Coba perhatiin, berapa kali sebenarnya sehari orang butuh untuk makan? Kalo pada umumnya 3 kali sehari, ada yang bisa bertahan 2 kali sehari. Trus, berapa sih sebenarnya rumah sebagai tempat berteduh yang dibutuhkan manusia? Berapa baju yang kita butuhkan? Nah, inget lho ya, kita sedang bicara kebutuhan, bukan keinginan, apalagi nafsu. Kalo bicara keinginan, wah nggak usah ditanya, ibaratnya mungkin kalo orang dikasih satu gunung, dia bakal minta dua, tiga sampe berapapun yang dia inginkan. Ketika ditawarin mau nasi rawon, manggut-manggut aja, pingin nasi soto, iya aja, mau nasi gule, ho’oh aja. Padahal perut udah nggak muat, meskipun nafsu mengatakan iya aja. Disinilah bedanya antara kebutuhan dengan keinginan yang lebih dilandasi nafsu.
So, ketika kita berbicara kebutuhan, orang mencampuradukkanya dengan keinginan. Makanya wajar aja kalau ngobrolin kesiapan materi/ harta pada urusan nikah, jadinya malah relative. Maksudnya, sebagian teman kita, mungkin ada yang berkilah ketika ditawarin atau diajak nikah, katanya nggak atau belum siap secara materi. Padahal, kembali lagi kalau materi itu diukur dengan keinginan (want) tadi, emang nggak pernah cukup. Kalo nggak pernah cukup, berarti nggak akan pernah siap untuk nikah.
Lagian orang yang nikah nggak mesti harus punya apa-apa dulu koq. Rumah, ngontrak dulu juga nggak apa-apa. Nggak ada mobil juga nggak masalah, bisa naik angkutan, motor atau sepeda. HP, kulkas dan komputer nggak jadi syarat dalam pernikahan. Ya, nggak, pren?
Buat jombloman dan jomblowati yang masih ngerasa bingung dan bimbang menikah karena belum punya pekerjaan, atau udah punya pekerjaan pun tetap ada perasaan bimbang juga, maka menikahlah kita akan dimampukan oleh Allah. Sorry bukan memprovokasi, tapi kita hanya mempromosikan apa yang layak dipromosikan, karena yang ngasih garansi (QS. An Nuur 32) adalah Allah, Sang Khalik, Pencipta kita, masihkah kita ragu?
3. Menikah akan memunculkan rasa tenteram dalam diri kita.
Nggak percaya? Perhatikan neh firman Allah: "Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir". (QS. Ar Ruum : 21)
Kata as sakanu maknanya adalah tenteram dan tenang. Berarti, maksud ayat ini adalah diciptakan-Nya isteri-isteri itu agar seorang suami jadi tenteram dan tenang terhadap isterinya. Masing-masing tertarik kepada lainnya dan tidak berpaling. Pada dasarnya, itulah esensi pernikahan, yakni diperolehnya ketentraman, ketenangan dan kedamaian.
Sekali lagi, kita nggak berani ngasih stempel “tenteram” kalau bukan Allah yang ngasih jaminan itu. Ketentraman itu muncul, karena secara fitrah manusia hidup emang dipasang-pasangkan, laki-perempuan. Dalam surat Ali Imron ayat 114, Allah Swt telah berfirman yang artinya: “Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan apa-apa yang diingini, yaitu wanita dan anak-anak…” (QS. Ali Imron 114)
Gimana nggak tenteram, lha wong sudah hadir disamping kita pasangan hidup yang bisa kita ajak curhat, yang bisa jadi pelipur lara di saat galau, yang mengisi relung kosong dalam hati kita (ciele…huhui…).
Sekedar tahu aja, sebetulnya kehidupan suami-isteri dalam keluarga adalah kehidupan persahabatan. Sebagai sahabat, isteri akan hadir sebagai pelurus dikala suaminya melakukan kesalahan dalam melangkah. Kalau suami melakukan pembelokan-pembolakan syariat, tidak justru seorang isteri akan datang malah mengamini perbuatan suaminya. Kata Imam Ali r.a : “Seorang sahabat adalah orang yang selalu membuat kita jadi benar, bukan yang selalu membenarkan kita”. Konsekwensi persahabatan adalah masing-masing kudu mau dikoreksi dan mengoreksi. Nasihat isteri bagi suami ibarat air penyejuk dikala dahaga, ibarat cahaya penerang dalam gulita (huhui…lagi).
Beside it, ketentraman itu bisa kita ciptakan sendiri. Misalnya orang yang uangnya banyak bisa aja merasa tenteram, seorang suami yang suka jajan di WTS bisa aja ngerasa tenteram, seorang remaja yang punya pacar bisa juga merasa tenteram. Tapi Sob, yakin aja kalau ketenteraman macam gitu, nggak bisa tahan lama. Kita seharusnya mencari ketenteraman yang nggak sekedar tenteram, tapi ketentraman yang diridhoi oleh Allah. Buat apa seh kita hidup di dunia kalau nggak mencari ridlo Allah (apalagi cari ridlo rhoma..hee..hee). Ya nggak, Sob?
Nah, tapi kalau ternyata kita “belum” mendapatkan ketentraman di rumah tangga kita, maka yang salah bukan syariat Islamnya, melainkan kita aja yang kurang piawai menciptakan wasilah (cara atau sarana) agar menjadi rumah tangga yang penuh cinta dan kasih sayang. Atau dengan kata lain, kita tidak bisa menciptakan suasana persahabatan dengan isteri kita. Wajar aja kalau nggak bisa merasakan keajaiban pernikahan.
4. Ladang pahala atau ibadah jadi tambah luas
Iya, coba perhatikan kalau kita sorangan wae, bekerja banting tulang, paling puol khan pahalanya cuman kita dapat dari diri kita sendiri. Tapi ketika kita jadi seorang suami memberi nafkah adalah sedekah. “Seorang suami memberikan nafkah, makan minum, dan pakaian kepada istrinya dan keluarganya akan terhitung sedekah yang paling utama. Dan akan diganti oleh Allah. Dari Abu Hurairah r.a. , ia berkata; Rasulullah SAW, bersabda: ”Satu dinar yang kamu nafkahkan di jalan Allah, satu dinar yang kamu nafkahkan untuk memerdekakan budak, satu dinar yang kamu berikan kepada orang miskin dan satu dinar yang kamu nafkahkan kepada keluargamu, maka yang paling besar pahalanya yaitu yang satu dinar yang kamu nafkahkan kepada keluargamu.” (HR Muslim).
Dari Abu Abdullah (Abu Abdurrahman) Tsauban bin Bujdud., ia berkata: Rasulullah SAW. bersabda: "Dinar yang paling utama adalah dinar yang dinafkahkan seseorang kepada keluarganya, dinar yang dinafkahkan untuk kendaraan di jalan Allah, dan dinar yang dinafkahkan untuk membantu teman seperjuangan di jalan Allah." (HR. Muslim, Buku Riyadush Shalihin Bab Memberi nafkah terhadap keluarga).
Shalat 2 rakaat yang diamalkan orang yang sudah berkeluarga lebih baik, daripada 70 rakaat yang diamalkan oleh jejaka (atau perawan) (HR. Ibnu Ady dalam kitab Al Kamil dari Abu Hurairah).
Dari Sa'ad bin Abi Waqqash RA., dalam hadits yang panjang yang kami tulis pada bab niat, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda kepadanya: "Sesungguhnya apa saja yang kamu nafkahkan dengan maksud kamu mencari keridhaan Allah, niscaya kamu akan diberi pahala sampai apa saja yang kamu sediakan untuk istrimu." (HR. Bukhari dan Muslim, Buku Riyadush Shalihin Bab Memberi nafkah terhadap keluarga).
Buat kamu yang belum nikah, bisa jadi kita sering curhat dengan lawan jenismu, dan tentu aja bisa mengarah kepada dosa. Tapi begitu kita married, jangankan curhat mau yang lebih dari itu dengan pasanganmu, boleh aja, berpahala lagi. Simak sabda Rasulullah saw. (yang artinya): Para sahabat berkata, Wahai Rasulullah, apakah jika salah seorang di antara kami mengikuti syahwatnya adakah ia mendapat pahala karenanya? Rasulullah saw. bersabda, Tahukah kalian jika seseorang menumpahkan syahwatnya pada yang haram, tidakkah ia berdosa? Maka demikian pula apabila ia menempatkan syahwatnya pada yang halal adalah pahala baginya (HR Muslim)
5. Kita akan berpasangan dengan orang yang sesuai dengan kita.
”Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wnita yang baik (pula).” (QS. An Nuur : 26)
Maybe bagi yang udah married, nggak menyangka bakalan ketemu dengan orang yang memang udah ditakdirkan jadi jodoh kita.
Kita kudu yakin, bahwa kalo udah jodoh nggak bakalan lari kemana-mana. Pokoke, nggak akan lari gunung dikejar. Nggak usah pusing kalo masih berpredikat jomblo. Suatu saat nanti kita bakalan bermetamorfosis (emang kupu-kupu?). Iya, tadinya masih betah ber-single-ria, eh, sekarang udah punya buntut. Kemarin masih anak-anak, eh, sekarang udah punya anak. Jadi tenang aja sobat. Jangan bete kalo masih ngejomblo. Jangan maksain pacaran. Apalagi untuk mendapatkan pacar sampe bela-belain ikutan menyatakan cinta lewat televisi di acara tersebut. Idih, itu namanya mamalukman, eh, memalukan! (pacaran kan dosa, lagi!).
Ayat diatas juga ngasih penegasan buat kita yang selama ini masih istiqomah di jalan Allah, yakin aja bahwa Allah akan menjodohkan kita dengan jodoh yang seimbang. Nggak usah surut langkah, keep smile, jika bolak-balik ditolak saat ta’aruf, yakin aja lagi, semakin banyak ditolak, berarti semakin mendekatkan kepada yang terbaik yang akan dikasihkan oleh Allah.
6. Separoh agama dan dunia kita sempurna
Lebih tegasnya, perhatikan hadits yang satu ini: “Tidak ada yang lebih berfaedah bagi seorang Mukmin—setelah ketakwaannya kepada Allah—yang lebih baik bagi dirinya dibandingkan dengan seorang istri yang shalih, yaitu yang jika ia pandang, ia membahagiakannya, jika ia perintah, ia menaatinya, jika ia diberi sesuatu, ia menerimanya, jika suaminya tidak ada di sisinya, ia loyal kepada suaminya dengan menjaga diri dan harta suaminya” (HR. Ibnu Majah).
Imam Thabrany dan Hakim meriwayatkan hadits Rasulullah yang berbunyi : “Siapa saja yang diberi rizki oleh Allah seorang istri yang shalihah, sesungguhnya Allah telah menolong separuh dari agamanya. Dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah untuk separoh yang lainnya.”
"Barangsiapa diberi Allah seorang istri yang sholihah, sesungguhnya telah ditolong separoh agamanya. Dan hendaklah bertaqwa kepada Allah separoh lainnya." (HR. Baihaqi).
“Perempuan terbaik yaitu bila kaulihat menyenangkan, bila kauperintah mematuhi, bila kauberi janji diterimanya dengan baik, dan bila kaupergi dirinya dan hartanya dijaga dengan baik.” [HR. An-Nasa`i dan lain-lain].
Alangkah bahagianya suami yang mendapat wanita pujaan seperti itu. Karena segala kesempurnaan dunia telah kita genggam, dan hanya menyisakan tanggungjawab kita yang harus kita lakukan untuk lebih menyempurnakan hidup kita baik di dunia maupun akhirat.
7. Kita akan terlindungi (tertutupi/terjaga)
"Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma'af kepadamu...." (Al Baqarah:187)
Ayat diatas tidak hanya berbicara hubungan biologis suami-istri, tapi coba perhatikan pengertian “pakaian” di ayat tersebut. Bukan bermaksud membuat tafsir sendiri atas ayat itu, tapi bukankah pakaian itu adalah pelindung, penutup (aurat), penjaga tubuh kita? Nah seperti itulah kira-kira jika kita telah beristri.
Termasuk dalam hal ini, pasangan kita adalah yang melindungi atau menutupi kekurangan kita. Melindungi dalam arti bukan berprinsip “salah-benar dia adalah suamiku, maka harus bela”. Bukan, bukan seperti itu, tapi istri atau pasangan kita, akan penjadi alarm pengingat, ketika kita melakukan sebuah kekeliruan, kesalahan dan sejenisnya.
Tiap manusia diciptakan tidak ada yang sempurna, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Wanita memiliki kekurangan, misalkan dalam hal pikiran (pertimbangan), tenaga dan sebagainya. Meski ada wanita yang lebih cerdas dan lebih kuat, namun sebagian besar wanita memiliki kelemahan tersebut. Di sisi lain, wanita juga memiliki kelebihan di antaranya, kesabaran, ketelitian kepekaan rasa dan sebagainya.
Apa yang menjadi kekurangan wanita secara umum merupakan kelebihan lelaki (kuat, lebih dapat berpikir jernih dan sebagainya). Dan kekuatan wanita menjadi kelemahan laki-laki (sabar : lelaki cenderung terburu-buru, lembut : lelaki cenderung kasar, peka: lelaki cenderung tidak peka dan sebagainya). Karena itulah, berpasangan mengisyaratkan agar masing-masing (lelaki dan perempuan) saling melengkapi dan saling menutupi kekurangan atau kelemahannya dengan cara belajar dari kelebihan pasangannya. Kemampuan untuk mengadopsi kelebihan masing-masing dalam diri sendiri itulah yang akan membuat kehidupan berumah tangga menjadi keluarga sakinah.
Apa yang menjadi kekurangan wanita secara umum merupakan kelebihan lelaki (kuat, lebih dapat berpikir jernih dan sebagainya). Dan kekuatan wanita menjadi kelemahan laki-laki (sabar : lelaki cenderung terburu-buru, lembut : lelaki cenderung kasar, peka: lelaki cenderung tidak peka dan sebagainya). Karena itulah, berpasangan mengisyaratkan agar masing-masing (lelaki dan perempuan) saling melengkapi dan saling menutupi kekurangan atau kelemahannya dengan cara belajar dari kelebihan pasangannya. Kemampuan untuk mengadopsi kelebihan masing-masing dalam diri sendiri itulah yang akan membuat kehidupan berumah tangga menjadi keluarga sakinah.
Artikel yang sangat bermanfaat.
terimakasih info nya.
semoga saya bisa segera mengamalkan nya... aamiin :)