Pacaran; Manis, Meringis, Iblis

ABG atau remaja secara fisiologis dan psikologis adalah masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Di saat itulah terjadi perkembangan pesat dari fisiknya, hormon-hormon yang sebelumnya diproduksi tubuh dalam jumlah sedikit, pada masa ini mulai meningkat. Sebagai seorang yang baru mulai mengalami perubahan yang mencolok dalam hal fisik, mereka rentan menjadi pribadi yang bingung. Sayangnya kondisi tersebut tidak dibarengi dengan perkembangan psikologi yang sepadan. Hal inilah yang kemungkinan besar menjadi penyebab mengapa mereka selalu ingin tahu dan mencoba. Apalagi didukung dengan fakta pergaulan bebas yang sering di tayangkan di teve dari pagi sampai pagi kembali.
Di negeri ini pada umumnya orang menganggap aktivitas sex pra nikah tidak dibenarkan, tapi dengan serangan gencar budaya-budaya bule yang masuk, bahkan ada yang mengatakan secelup dua celup dengan pacar sendiri khan tidak apa-apa. Aktivitas seksual bukan menjadi hal yang tabu, bahkan yang sudah menikah lalu melakukan kumpul kebo atau samen liven tidak terhitung jumlahnya.
            Pacaran atau seks haram tidak dikehendaki oleh Islam. Namun kalau kita melihat ada sebagian yang masih menjujung tinggi nilai-nilai pacaran (baca : mengagumi), sebenarnya mereka salah dalam pengimplementasian cinta. Cinta, lima kata itu, memang kadang membuat dilema, betapa tidak karena cinta itulah akhirnya ABG atau siapa saja mulai siap memasuki dunia pacaran.
Cinta itu sendiri adanya pada diri manusia adalah natural/alamiah, merupakan pemberian dari Allah sebagai potensi kehidupan bagi manusia, yang merupakan perwujudan dari naluri manusia berupa naluri untuk meneruskan keturunan (gharizatul nau). Adanya cinta pada diri manusia tidak akan dihizab, sebab itu adalah qadha' (keputusan) Allah, orang ingin bercinta itu wajar/normal, sebab dalam dirinya memang ada naluri itu. Tapi yang akan dihizab oleh Allah adalah kemana si empunya naluri menggerakkan naluri dan kepada siapa diberikan cinta itu.

Dampak Pacaran; Meringis
            Ada yang mengambil pacaran sebagai jalan untuk mengenal lawan jenisnya yang entah nanti diteruskan dalam bentuk keluarga atau tidak, artinya bisa saja orang pacaran karena ingin menguji pacarnya apakah dia setia/ cinta atau tidak, lalu akhirnya terjadilah hamil diluar nikah. Kalau sudah begitu orang tua juga akhirnya kalang kabut.
            Mungkin ini yang lebih gila, setelah kedua pasang manusia telah melakukan free sex, kemudian lahir bayi. Keduanya merasa belum siap untuk jadi orang tua, akhirnya aborsi-lah jawabannya. Datang ke dukun beranak, dokter, atau dipaksa dikeluarkan sendiri si jabang bayi tak berdosa itu, lalu dibuang ke tempat sampah.
            Alasan yang lain, yang biasanya diajukan oleh mereka penggetol pacaran bahwa pacaran itu ‘bikin hidup lebih hidup’. Sungguh, sebuah alasan yang sangat tidak logis, bagaimana bisa dikatakan sang pacar adalah spirit ketika belajar atau bekerja. Padahal kenyataan di lapangan sangat berbeda. Kalo emang pacaran bisa menambah semangat belajar, tapi kenapa banyak yang amburadul sekolahnya gara-gara menjalani aktivitas ini? Tiap malam minggu selalu ada jadwal wakuncar alias waktu kunjung pacar. Lalu kapan mau belajarnya?

Pacaran ; Jalan Iblis
Allah SWT berfirman : "Dan, janganlah kalian mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk"  (TQS. Al-Isra 32)         
Rasulullah Saw, bersabda "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah tidak melakukan khalwat dengan seorang wanita yang tidak disertai muhramnya, karena sesungguhnya yang ketiga adalah syetan" 
            Berduaan alias khalwat biasa dilakukan oleh mereka yang pacaran, meski juga ada tambahan ritual lain, mulai dari pegangan, cubit-cubitan sampai kiss to kiss. Yang jelas aktivitas macam itulah mendekati zina atau zina itu sendiri. Ketika berduaan sesuai dengan hadits diatas, maka yang ketiga adalah syetan. Maka apa yang dibisikkan oleh syetan kepada keduanya, laki-laki akan memandang si perempuan dengan pandangan bukan lagi sebagai manusia layaknya, tapi sudah pandangan yang berlawanan jenis, sebagai ‘binatang’, bisa kita bayangkan sendiri akibatnya.
            Bagaimanapun zina atau aktivitas mendekati perzinaan oleh Allah sudah dicap sebagai perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk. Ini sebuah indikasi atau tanda betapa aktivitas pacaran itu adalah haram. Tidak akan berubah menjadi halal bahkan wajib. Pacaran itu, walaupun dengan alasan banyaknya pasangan suami isteri yang bercerai, karena dulu tidak pernah saling mengenal lewat pacaran. Sebuah logika yang dibangun atas dasar nafiyah (kemanfaatan), jelas-jelas itu tertolak oleh syariat.
             Manis memang cinta itu, tapi tidak harus dan tidak boleh diwujudkan dalam bentuk pacaran. Cinta seorang laki-laki kepada wanita atau sebaliknya yang keduanya bukan mahram hanya boleh ada dalam pernikahan atau persaudaraan sesama muslim, tidak lebih dari itu. Allah SWT berfirman : “Dan, diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan Allah, mereka mencintainya (tandingan tadi) sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah” (TQS. Al-Baqarah 165).

0 komentar

Leave a Reply

Hak Cipta Hanya Milik Allah lukyrouf.blogspot.com Dianjurkan untuk disebarkan Designed by lukyRouf