Inilah Democrazy: Antara Rokmini dan Teroris

Sebuah diskusi rutin digelar di radio BAH FM. Untuk kesempatan kali ini sebagai nara sumber diundanglah Ust Soulmad, Kang Syahroni, Briptu Normal, dan Si Emen. Tema yang diangkat pun cukup aktual, yakni “Antara Rokmini dan Teroris”.
Seperti biasa, presenter radio BAH FM mbak Rusmini membuka dan memprolog acara talk show mingguan itu.
Pendengar yang Budiman yang tak lain suami dari Pak Diman, hehehe. Bertemu lagi dengan saya Rusmini yang baik hati, semoga anda tidak keki, karena acara ini bukan mencari solusi, tapi yakni hanya untuk kepentingan menghibur hati, pelepas letih setelah beraktivitas ini hari. Selamat datang di acara kami, “Bukan Democrazy”” Begitulah mba Rusmini membuka talkshow sore itu.
Kemudian dia lanjutkan “Pendengar, berita akhir-akhir ini yang paling aktual dan heboh adalah, berita pemerkosaan gadis di angkot, yang katanya gara-gara rokmini. Kemudian juga berita yang lain, berupa berita pengeboman oleh orang yang diduga teroris di Solo. Nah, di studio kami sudah hadir beberapa nara sumber yang kompeten untuk membahas kedua hal itu. Yuk kita sapa mereka”
“Yang paling ujung kanan, ada Ustdaz Solmad, seperti kita ketahui beliau adalah nara sumber yang sering diundang di acara televisi, dan pernah main sinetron ‘Pesantren dan Rokmini’. Kita sapa beliau, Assalamualaikum ustdz, kabar baik ustdz?”
“Wa’alaikumsalam wr wb. Alhamdulillah ya sesuatu banget” jawab ust. Soulmad, disambut dengan senyum khas Rusmini
“Berikutnya, nara sumber kita adalah Kang Syahroni, beliau adalah mantan Menteri Keuangan JII alias Jamaah Insyallah Islamiyah. Assalamualaikum, kumaha damang Kang?”
“Wa’alaikumsalam, alhamdulillah sae, neng Rusmini.” Jawab Kang Syahroni.
“Oiya, perlu pendengar ketahui, Kang Syahroni adalah kakak dari artis kita Syahreni, yang kebetulan lagi deket dg Ust. Solmad. Bukan begitu ustd?” Sentil Rusmini. Sementara Ust Solmad hanya senyum sesimpel-simpelnya.
“Baik, kita juga mengundang nara sumber seorang mantan anggota Polisi yang minta pensiun dini karena lebih tertarik untuk jadi artis, pangkat beliau terakhir di kepolisian adalah Briptu, kita sapa beliau adalah Briptu Normal. Selamat malam Mas Briptu Normal”
“Se-la-mat malam..., duhai kekasih sebutlah namaku menjelang tidurmu bawalah aku dalam mimpi yang indah di malam yang dingin sesunyi ini ...” tiba-tiba Briptu Normal mendendangkan lagu selamat malamnya Evie Tamala.
“Wahh.. kayaknya memang anda lebih pantas jadi artis daripada jadi polisi ya.” Sahut Rusmini
“Nara sumber kita yang terakhir adalah seorang mantan juga, tapi beliau ini adalah mantan preman yang tobat dan sekarang aktif memberi kajian Islam, seorang penulis juga, dan baru saja menyelesaikan program S-2 nya, beliau adalah Si Emen, saya bingung neh, panggilanya Ust, Aa’ atau Kang.. Assalamualaikum..?”
“Wa’alaikumsalam wr wb. Nggak usah bingung manggil saya. Karena memang saya bukan pria panggilan...” canda Si emen yang disambut geerrr seisi ruangan
“Baik pendengar, uniknya acara ini adalah saya akan memberikan pertanyaan kepada masing-masing nara sumber satu pertanyaan,....” panjang lebar Mbak Rusmini menjelaskan.
“Pertanyaan pertama saya ajukan kepada ust Solmad. Ustdz, apa tanggapan ust terkait dengan fenomena pemerkosaan wanita yang pakai rok mini di angkot? Itu salah siapa ust?”
“Ya, sebenarnya nggak bijak kalo harus mencari siapa yang salah. Bagi saya yang pernah belajar di pesantren bahwa kewajiban menutup aurat itu disesuaikan dengan situasi dan jamannya. Sekarang kita bisa lihat di Indonesia, alhamdulillah sesuatu banget gitu loh kita bisa menyaksikan fenomena banyak wanita sudah berjilbab, di kantor, sekolah, di tempat umum. Saya pikir menutup aurat itu hak masing-masing orang, terutama perempuan. Toh kan nggak bisa dipaksa seorang wanita untuk memakai jilbab, nanti malah nggak Ikhlas, klo nggak ikhlas kan nggak dapat pahala, iya nggak? Jadi menurut saya, kita kembalikan pada urusan kita masing-masing. Si gadis rokmini di angkot itu juga nggak salah, karena dia pake rokmini tuntutan kerja, kalo kerja nggak pake rokmini, dia akan dimarahi boss-nya, bisa saja dia dikeluarkan dari tempat kerjanya, kalo sudah nggak kerja, siapa yang bisa ngasih dia pekerjaan? Sementara mencari pekerjaan sekarang sulitnya minta ampun. Makanya saya sendiri nggak bisa memaksa adiknya Kang Syahroni, Syahreni untuk pake jilbab, kalo mau silahkan, klo nggak mau ya wassalam. Untuk si sopir angkot, nggak 100% salah juga, dia ngelakuin begituan, karena emang pemandangan di sekitar kita kan begitu, apalagi di angkot, saya pernah mengalaminya sendiri duduk di angkot dengan beberapa wanita didalamnya yang pake rok begituan. Serba salah, mau nunduk yang dilihat dengkul mereka, mau pandangan kedepan yang kelihatan wajah dan seputar dada mereka. Susahlah menurut saya, apalagi sopir angkot yang tiap hari lihat begituan. Peuhh... parah kan?”
“Ok, itu jawaban, komentar, tanggapan dari Ust Solmad. Lalu bagaimana dengan fenomena bisa dibilang keterbalikan dari rok mini, berupa terorisme, langsung aja kita ke Kang Syahroni” Mbak Rusmini mengalihkannya ke Kang Syahroni
“Kang, anda sebagai mantan anggota JII, apa tanggapannya dengan adanya terakhir Bom Solo? Apakah ini rekayasa politik pengalihan isu, atau memang ada bekas teman2 anda melakukan itu?”
Kang Syahroni pun menjawab “Sebenarnya sangat sulit untuk menengarai ini rekayasa atau memang benar fakta. Tapi saya pribadi tidak ingin terjerembab dalam polemik rekayasa dan fakta, saya lebih tertarik untuk mengatakan bahwa perjuangan bekas teman-teman saya, yang dulu saya berada disitu juga, bahwa memang sebagian dari mereka ada yang bercita-cita syahid di satu sisi. Di sisi yang lain, mereka melakukan perjuangan seperti itu sebagai bentuk protes dan kekecewaan terhadap penguasa negeri ini yang terus membiarkan terjadinya kemaksiatan dan kemungkaran serta pro dengan Amerika yang telah nyata-nyata mendikte negara ini. Sehingga tindakan mereka tidak 100% salah, pun juga tidak 100% benar. Jadi saya pikir, kita harus fear dalam menilai suatu fakta atau peristiwa”
“Oke, itu jawaban dan tanggapan dari Kang Syahroni yang mantan anggota JII. Lalu bagaimana dengan komentar dari Briptu Normal tentang kedua fenomena itu, rok mini dan terus. Gimana menurut pendapat Briptu Normal?”
“Ya bagi saya pribadi maupun mantan anggota kepolisian, keberadaan teroris itu sebenarnya membuat kami takut dan begidig. Karena apa? Karena terus terang, kami sebagai polisi di kantor, pekerjaan kami adalah banyak menganggur, bahkan seperti anda ketahui, saya bisa hafal lagu india plus dengan joget-jogetnya. Coba anda tanyakan ke saya, lagu india yang terbaru apa, pasti saya hafal. Jadi klo disuruh mengomentari tentang teroris, itu bukan pekerjaan kesatuan kami. Kalo soal rok mini, ya bicaralah sebagai manusia normal, nggak usah muna deh, sebagai laki-laki normal kalo melihat yang begituan pasti akan ngiler juga. Jadi itu kan pemandangan yang nggak boleh dilewatkan. Sedikit cerita saja, saya memang baru di dunia artis, tapi pemandangan kayak begituan di dunia artis, sudah jadi santapan sehari-hari, bahkan lebih parah. Makanya saya minta pensiun dini dan memilih jadi artis. Karena jadi artis selain asyik juga lebih tajir...” Itu jelas Briptu Normal.
“Hemm... komentar dan pendapat yang aneh. Baik, kita akan coba mendengarkan komentar kang Si emen. Gimana menurut kang Emen menanggapi fenomena Rok Mini dan Teroris..” Lanjut mbak Rusmini.
“Mbak Rusmini, ijinkan karena saya pembicara terakhir, maka saya mau mengomentari pendapat saudara-saudara saya yang sudah berbicara sebelum saya tadi. Untuk Ust. Solmad alias Sholeh Amad, kalo ustd membaca postingan teman-teman di facebook hari ini, banyak diantara mereka, terutama para akhwat dan ibu-ibu yang sangat menyayangkan sikap dan perilaku ust, apalagi dilayar televisi, untuk lebih lengkapnya nanti ust bisa baca sendiri di facebook. Saya cuman ingin mengatakan, bahwa yang antum sampaikan tadi terkait dengan rok mini itu menunjukkan bahwa anda bersikap ‘moderat’ (dalam tanda kutip), meskipun sebenarnya Islam moderat, islam radikal, istilah itu tidak boleh ada. Tapi sikap bunglon itu memang yang biasa ditunjukkan oleh ust-ust  yang biasanya jadi nara sumber di televisi, apalagi kalo sudah jadi selebritis, maka sikap bunglon harus dipelihara. Pendapat antum terkait dengan rok mini, bahwa rok mini itu adalah hak asasi, itu sebuah kesalahan besar dan ucapan yang ngawur. Bagaimana bisa dikatakan rok mini dikatakan sebagai hak asasi, yang Allah sendiri sudah menetapkan pakaian wanita kekita keluar rumah adalah jilbab dan kerudung (QS. Al Ahzab 59, An Nur 31). Jadi bagi wanita, berjilbab dan berkerudung adalah wajib, sama wajibnya dengan sholat, puasa dan haji. Kalo berjilbab dan berkurudung nggak ada kaitannya dengan ikhlas atau nggak ikhlas, sebab kalo kaitanya itu, maka pertanyaanya apakah kalo sholat, zakat, puasa nggak ikhlas, maka kita boleh nggak puasa, sholat dan haji? Tentu nggak seperti itu khan? Kemudian tentang rok mini dan perkosaan, itu kan sebenarnya sebuah fakta kerusakan di negeri kita, ketika sebuah kemaksiatan itu dibiarkan, maka akan mengakibatkan kemaksiatan lainnya. Pemerkosaan, sebenarnya nggak ada kaitan langsung dengan rok mini, karena faktanya pemerkosaan bisa terjadi di mana-mana, dan kepada siapa saja (wanita) yang nggak harus pake rok mini. Jadi ini bukti nyata, bahwa masyarakat kita sedang sakit, apanya yang sakit? Yang sakit adalah pikirannya (aqidahnya), mengukur sebuah aktivitas hanya dari segi senang enggaknya, enak enggaknya, atau manfaat enggaknya. Kalo seperti tingkah laku kita, apa bedanya kita dengan kambing yang main tubruk dengan lawan jenisnya. Makanya, masyarakat yang seperti ini adalah masyarakat yang sakit. Dan parahnya, ibarat kucing lapar di depannya ada ikan bahkan terjadi pembiaran dari orang di sekitarnya agar kucing itu menikmati ikan tersebut. Itu pendapat saya terkait dengan Ust Solmad, sebenarnya masih banyak yang ingin saya sampaikan, tapi mungkin lain kesempatan, kita bisa ngobrol secara empat mata... bukan begitu ust?” pinta si emen, yang ditanggapi dengan senyuman ust Solmad.
“Kemudian untuk saudara saya Kang Syahroni, skaligus saya mengomentari tentang teroris. Jadi begini, ketika kita melihat terorisme, harus melihatnya secara utuh dan global. Seperti kita ketahui bersma bahwa isu terorisme itu meledak, pasca runtuhnya gedung WTC di Amerika, maka semenjak itu, AS memaklumkan perang terhadap terorisme. Bahkan tidak hanya itu, AS juga langsung tunjuk hidung, bahwa pelaku terorisme adalah umat Islam, maka secara tidak langsung dan sangat gamblang bahwa yang dimaksud terorisme itu adalah umat Islam. Itu artinya, ketika membahas terorisme berbanding lurus dengan Islam dan umatnya. Maka dibuatlah program anti terorisme, yang sebagai kelanjutannya dibentuklah di Indonesia Densus 88. Nah sejak saat itulah, drama terorisme dimulai. Memang benar, butuh ketelitian dan kejelian terhadap setiap pemberitaan bom dan isu terorisme. Karena tidak semua bom yang diberitakan itu adalah fakta nyata dan juga tidak dipungkiri bahwa bom itu juga nyata adanya. Jadi satu sisi, kita harus memerangi dan menolak keinginan AS yang melawan terorisme versi AS, sementara AS dan kroni-kroninya melakukan aksi teroris terhadap umat Islam di negeri-negeri kaum muslimin macam Afghanistan, Irak, Pakistan dan Palestina. Adapun sikap yang diambil oleh beberapa saudara kita yang melakukan aksi bom bunuh diri, dan sebagainya, maka kita perlu sampaikan bahwa aksi tersebut justru kontrapoduktif dengan perjuangan Islam. Cobalah kita lihat lagi Siroh perjuangan Rasulullah saw ketika memperjuangkan Islam, apakah beliau Saw mencontohkan sikap seperti itu? Nah, untuk saudara saya Kang Syahroni, mungkin kita pun juga perlu bicara lebh banyak diluar, setelah ini... bersedia kan Kang?” Ajak Si emen, disambut anggukan oleh Kang Syahroni.
“Baik untuk saudaraku Briptu Normal, yang baru menikmati menjadi artis. Tidak banyak yang ingin saya sampaikan, bahwa pikiran anda kotor, dan perlu segera dibersihkan. Anda kelihatan sholat kalau di shooting di teve, tapi Islam itu nggak cukup hanya sholat. Ketika mengambil Islam jangan yang enak-enak saja diambil, tapi yang kelihatannya berat, kemudian diabaikan. Islam itu lengkap, islam itu paripurna, jadi mempelajari Islam akan membuat kita menjadi muslim yang paripurna, muslim yang kaaffah. Saya sarankan, pelajari Islam lebih dalam, sama seperti anda selama ini belajar lagu-lagu india. Bukannya saya merasa sok suci dan sok pintar, tapi ini sebagai bentuk menasehati sebagai sesama saudara muslim..” Jelas Si Emen.

Wal akhir, diskusi di Radio sore itu, ditutup oleh Mba Rusmini dengan satu keyakinan di benak masing-masing pembicara bahwa forum diskusi semacam itu, bukan satu-satunya cara mengenal Islam lebih dalam, harus dilanjutkan dengan diskusi dan kajian lebih intensif tentang Islam. Dan akhirnya, Ust Solmad, Kang Syahroni dan Briptu Normal, sepakat setelah acara itu, untuk berdiskusi secara intensif. Kita doakan semoga semua saudara kita dibarengi dengan hidayah Allah Amin. (emen)

0 komentar

Leave a Reply

Hak Cipta Hanya Milik Allah lukyrouf.blogspot.com Dianjurkan untuk disebarkan Designed by lukyRouf