Ngomongin soal cinta, kayak ngomongin pelangi. Iya, kelihatannya hanya terdiri dari 3 warna, tapi sebetulnya berjuta warna tertebar disana, sehingga begitu indahnya pelangi itu. Ngerumpi masalah cinta nggak ada ujungnya, apalagi kalo yang ngomongin adalah anak sekolah seusia kamu. Dijamin jadi obrolan yang spesial bin seru. Ketambah bagi yang baru kenal makhluk bernama cinta. Serasa menemukan alam baru. Alam yang belum pernah dijamah sebelumnya, nggak salah kalo bisa terbawa dalam mimpi.
Macamnya cinta yang diidap teman kita itu beragam juga, ada cimot (cinta monyet), cinlok (cinta lokasi), cileduk (cinta lewat dukun) dan cimplung alias cinta kecemplung, soalnya pas ketemu doi pujaannya, kecemplung di got depan sekolahan (heheee…rasain loe)
Cinta : Sesuatu Yang Terindah
Konon, cinta itu rasanya kayak permen, asem, manis, asin, kecut, sampe pedes. Seru banget ya? Apalagi kalo yang jatuh cinta itu remaja yang masih pada sekolah. Semakin heboh sekaligus menggelikan. Lho, kok bisa? Ya iyalah, biasanya tuh teman remaja suka malu-malu kucing. Sebab, bagi yang jatuh cinta pertama kali adalah pengalaman yang mendebarkan, bisa-bisa bakalan dicatat dalam lembaran sejarah kehidupan kamu. Soalnya, emang seru sih. Tul nggak?
Sobat remaja, anak remaja mana sih yang awalnya nggak malu ama kucing ehh maksudnya malu-malu kucing kalo ketemu kecengannya? Bagi yang emang malu-malu kucing, beraninya cuma ngincer doang. Pas ketemu orangnya, nunduk aja, dikiranya lagi nyari kancing baju yang jatuh. Trus, kalo jauh pengennya deket terus. Eh, begitu doi dekat kita, malah dak-dik-duk, Walah! Sebagian lagi malah jual mahal. Pura-puranya sih, nggak suka. Padahal, maunya, pengen disapa. Uh …Dasar!
Bagi teman kamu yang lagi dilanda kasmaran, kadang cuma denger suaranya atawa papasan di perpus aja suasana hatinya udah semriwing. Saking senangnya tentu. Apalagi kalo kemudian doi ngajak jalan-jalan ke kantin or sekadar duduk-duduk di taman sekolah. Ditanggung anti manyun deh. Dan biasanya langsung sregep menyambut rayuan tersebut.
"Cinta itu anugerah, maka berbahagialah. Sebab kita sengsara, bila tak punya cinta". Kamu pasti inget ama penggalan lirik tembang Doel Soembang itu. Dan, so pasti setuju juga kalo rasa cinta itu adalah anugerah terindah yang kita miliki. Nggak kebayang deh, kalo kita nggak punya rasa cinta. Mungkin nggak jauh bedanya ama patung pak polisi di perempatan jalan itu. Nggak salah, kalo mbak Melly Guslaw wanti-wanti agar kita jangan pernah menyanjung cinta bila tak mengerti maknanya cinta, yang dilantunkan lewat gita "Hanya" dalam album OST A2DC. Tapi, tahukah kita maknanya cinta?
Tatkala Allah Swt. menciptakan manusia sebagai makhluk yang terbaik. Allah pun mengkaruniakan kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi agar manusia bisa hidup dan nggak punah sebelum hari kiamat. Ada kebutuhan jasmani (hajjatul 'udlawiyah) seperti rasa lapar, haus, tidur atau pengen buang air. Kebutuhan ini mutlak harus dipenuhi. Kalau nggak, badan kita bakal protes dan bisa sampai pada kondisi yang "mengundang" malaikat Ijrail.
Ada juga yang disebut kebutuhan naluri (hajjatul gharaa'iz). Terdiri dari naluri beragama (gharizatun tadayyun), naluri mempertahankan diri (gharizatu al-baqa) yang berbentuk rasa takut, atau pengen popular. Ada juga naluri melestarikan keturunan (gharizatun nau') yang berwujud rasa cinta. Kalo kebutuhan ini nggak dipenuhi, perasaan kita jadi resah dan gelisah. Tapi badan kamu nggak akan protes. Persis perasaan kamu waktu lagi nungguin jawaban dari doi. Kalo ternyata cinta kamu sebatas mimpi alias bertepuk sebelah tangan, biasanya kamu cuma uring-uringan terus kamu berdalih "cinta kan tak harus memiliki". Padahal dalam hatinya gondok buanget, serasa kompor meledug. Kasiaan deh
Kalo Cinta Jangan Maksiat !!!
Bagi yang udah punya 'jam terbang' tinggi di dunia cinta, rasanya nggak cukup and nggak puas, kalo cinta cuma dirasain di hati. Lho Kenapa? Sebab, bagi sebagian sobat remaja, biar cinta tambah oke kudu diwujudkan dalam bentuk aktivitas yang lebih kreatif. Apa jawabannya? PACARAN. Betul 100!!! Banyak teman kita yang menempuh jalur itu. Katanya sih, pacaran adalah wujud ekspresi cinta dalam diri kita. Tanpa pacaran, cinta itu ibarat sayur tanpa garam. Hambar. Begitu komentar para aktivis pacaran.
Ritual orang pacaran biasanya, diawali masa perjuangan PDKT. Benci dan rindu jadi satu. Trus, ada aksi "nembak pujaan hati". Mengikat janji setia menjalin cinta kasih hingga ujung waktu nanti (cieeee…). Yang berarti lampu hijau buat jalan bareng alias pacaran sebagai episode terakhir upaya mencari cinta bak arjuna udah kesampean.
Tapi, kayaknya nggak semua setuju ama gaya pacaran remaja sekarang. Banyak pro dan kontra yang cukup bikin kepala kita pusing tujuh belas koma tiga puluh empat keliling lapangan bola (makin pusing khan?). Bukannya dapet jalan terang, malah bikin remaja ngambil kesimpulan sendiri. Pokoke, pacaran itu boleh dan itu keputusan yang nggak bisa diganggu gugat. Titik! Wah Gaswat dong Men!?!
Tren orang pacaran, kayaknya udah mendarah daging dan berurat akar di negerinya si Unyil ini. Seakan nggak bisa di-delete dari kehidupan remaja kita. So, istilah pacaran dan segala kembarannya udah populer. Sepopuler album '07 Des'-nya Sheila on Tujuh. Lucunya lagi friend, ada gaya pacaran Islami. No kiss no touch. Aneh-aneh aja, emangnya jalan bareng atawa nonton bareng, bisa dibilang islami juga? Asal!
Lebih celakanya, banyak yang menobatkan pacaran sebagai simbol pergaulan modern. Kamu baru dianggap dewasa en gaul kalo udah punya doi. Kalo belum punya, siap-siap aja dinobatkan jadi pejabat, alias pemuda jaman batu. Dan itu bisa bikin kamu manyun en berjuang dengan semangat '45 ngegaet sang dambaan hati, belahan jiwa (upss..) Sampe harus ngorbanin uang SPP biar bisa mentraktir doi di kantin sekolah.
Sobat muslim, ada juga teman remaja yang pacaran beralasan bahwa doi butuh seseorang yang bisa ngertiin dan merhatiin dia. Pokoknya, yang lebih dari sekadar temen, yang bisa mompa semangat bak cheerleader waktu kamu lagi putus asa, bisa jadi tempat berbagi rasa dan masalah, atau paling pasnya, buat ajang seleksi cari pasangan hidup.
Tiap remaja membutuhkan orang dekat yang bisa mengingatkan dan membimbing tanpa harus menggurui. Dan biasanya teman sebaya atau lawan jenis berada di urutan pertama (emangnya klasemen) sebelum orang tua atawa guru. Tapi kayaknya alasan-alasan temen kamu itu terlalu dicari-cari aja, biar dilegalisasi sekolah, keluarga dan lingkungan. Buktinya pacaran cuma jadi ajang baku syahwat. Nggak hanya jalan bareng, tapi malahan remaja sampe rela 'tidur bareng'. Naudzubillah min dzalik!