Wahai hati yang terlepas,
Aku tak lagi bisa berharap jadi pelindungmu, sebab apa yang kita inginkan tak bisa menjadi harapan bersama.
Aku tak mampu menaklukan gelombang besar yang menghadang, karena arusnya begitu kencang dan menghantam.
Masih tersisa dibenakku, raut muka marah, wajah penuh benci, makian, olokan dan ancaman. Hingga membuatku mengalihkan hatiku menjadimu.
Saat itulah rasa yang menyisa di relung hati, hanyalah ingin membawamu menjauh dari kemelut hati. Tapi aku tak sanggup, wahai hati yang terlepas.
Duhai hati yang terlepas,
Aku memang tak lagi bisa berharap apapun atas dirimu, tapi aku hanya ingin menyatakan rasa yang menyisa di relung hati.
Atas apa yang telah kita lalui, hanya berharap Allah mengampuni.
Atas apa yang telah kita lakukan, hanya berharap Allah memaafkan.
Atas apa yang telah kita kerjakan, hanya berharap Allah menghapusnya.
Wahai…, hati yang terlepas
Jika rasa itu adalah dosa, maka beritahu aku untuk meninggalkannya
Jika rasa itu adalah aib, maka beritahu aku untuk menutupinya
Jika rasa itu adalah dusta, maka beritahu aku untuk tidak membohonginya
Duhai hati…, yang terlepas
Semoga rasamu tidaklah sepadan dengan rasaku. Sebab jika akhirnya memang sepadan, aku tak sanggup lagi untuk mempertautkannya.
Satu yang kuingin saat ini, aku hanya ingin lari, menjauh dari semua bayanganmu. Aku ingin menghapusmu di sisa usiaku.
Inilah rasa yang menyisa dalam relung hatiku…
Ijinkan aku melindungimu dalam diamku. Menjagamu dalam setiap penggal doaku. Hingga kelak ada hari yang tepat mempertemukan kita. Kalau tidak, maka pelaminan surga adalah tempat yang kuharap.